Terkadang banyak orang mengatakan,
bahwa menulis perlu bakat. Menulis itu membutuhkan waktu luang dan suasana
tenang. Atau alasan lain yang tak bisa
dibuktikan kebenarannya. Padahal jika kita tengok ke belakang, Bung karno
misalnya, semua orang Indonesia pastilah mengenal bapak proklamator yang
membawa Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan ini. Bung karno bukanlah seorang
yang santai berleha-leha dan nyaris tak memiliki waktu luang. Hidup dibawah
tekanan dan keluar masuk penjara tapi bisa menghasilkan buku yang tebal yaitu,
“Dibawah Bendera Revolusi”. Buku tersebut sangat legendaris dan dibutuhkan
sepanjang masa. Menjadi referensi anak-anak negeri bahkan menjadi rujukan bangsa
asing yang ingin mengenal lebih dekat perjuangan Indonesia.
Nah, kalaulah saat ini saya ditanya,
“kenapa saya harus menulis?”, jawabannya pastilah banyak. Akan tetapi yang
paling utama dan membuat ruh dalam menulis saya, itu dikarenakan niat yang kuat
bahwa menulis adalah bagian dari ibadah. Sebagai seorang muslim yang tugas
utamanya adalah beribadah, maka sejatinya semua pekerjaan haruslah diniatkan
untuk beribadah dan penghambaan sebagai abdi kepada tuanNya.
Ketika saya berniat menulis artikel
ini, seolah ada tuntunan yang tidak direncanakan. Habis sholat shubuh kami
membaca Alquran yang dilanjutkan dengan terjemahannya,walaupun cuma beberapa
ayat. Dan surat yang dibaca adalah Qs. Alqolam. Begitu saya membaca ayat
pertama saja, langsung saya terkesima akan maknanya. Bunyinya seperti ini, “Nuun,
Demi pena dan apa yang mereka tuliskan.” Subhanalloh, begitu indah dan luar
biasanya ayat ini. Sampai-sampai Allah bersumpah melalui ayat tersebut dengan
pena. Karena menurut sebagian ahli tafsir bahwa hurup-hurup yang tersusun
seperti nuun, alif laam miim, tho ha, dan yang sejenisnya itu termasuk
hurup sumpah atau hurup Qasm
1. Menulis Sebagai Ladang Amal Ibadah
Selain ayat di Qs. Alqolam diatas, sebetulnya
kalau kita mau menggalinya masih banyak ayat yang berkenaan dengan menulis ini.
Dan ini semua, membuat saya memiliki keyakinan dan percaya diri bahwa menulis
merupakan bagian dari ibadah. Bukankah kita memberi tahu orang yang tidak tahu
adalah ibadah ? dengan menulis kita bisa menyampaikan tentang apa yang terjadi,
tentang apa yang kita pikirkan. Yang ujung-ujungnya dapat menghasilkan sebuah
inspirasi bagi pembacanya. Kita dapat mengetahui terjemahan kitab suci saja,
itu karena peran penulis didalamnya. Sehingga pesan Tuhan dapat sampai ke kita.
Jadi alangkah gelapnya dunia ini tanpa gigihnya para penulis di masa lalu.
2. Bentuk Rasa Syukur
Manusia dengan segala nikmat yang
Allah berikan sungguh besar tiada tara. Jangankan yang diminta, yang tidak
dimintapun Allah memberinya. Ketika menulis bukan satu organ tubuh saja yang
bergerak. Selain tangan yang menggerakkan untuk mengetik naskah, ada mata kita
yang meneliti hurup demi hurup serta bisa meneliti rapih tidaknya tulisan.
Perasaan yang tersinergikan dengan ide-ide di kepala berupa pemikiran yang akan
kita ekspresikan lewat tulisan. Semua mensikronkan berhubungan antara satu
dengan yang lainnya. Cobalah bayangkan kalau otak kita tidak waras, belum tentu
kita bisa menulis. Maka, dengan menulis bisa dijadikan sebagai bentuk rasa
syukur kepada Allah swt yang telah menganugerahkan nikmat yang tiada bandingnya
ini.
3. Transfer ilmu
Bisa menyampaikan ilmu ke orang lain,
merupakan sesuatu yang amat berharga. Dan bagi saya hal ini akan melahirkan
sensasi bahagia tersendiri jika mentransfer ilmu kepada orang lain, apalagi
orang tersebut sangat membutuhkan ilmu yang saya miliki. Walaupun yang membaca
tulisan saya berada diluar benua sana atau ketika saya sudah bertitel almarhum,
tapi saya masih bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi pembaca.
4. Berharap jadi Miliarder
Hehehe...... sepertinya gila harta ya
saya...? Tidak kita nafikan bahwa hidup butuh biaya. Dan karena saya bukan PNS
berarti harapan saya untuk mendapatkan pensiun pasti tak bakal dapat. Saat ini
saya masih muda, sehat, anak-anakpun masih pada belia dan saya masih kuat untuk
mencari nafkah. Tapi apakah penghasilan saya saat ini bisa memenuhi di masa
usia tak produktif lagi ? Bisa juga dengan cara menabung atau investasi buat
masa depan. Maka untuk mempersiapkan masa depan itu, maka menulis merupakan
investasi dengan pasif income tak terbatas. Bisa melewati rente deposito,
obligasi bahkan tak mengenal inflasi.
5. Bukti Cinta Buat Orang-orang
Tercinta
Perjalanan cinta bersama orang
terkasih akan sirna tatkala saya sudah terbungkus kain kapan dan tertulis di
batu nisan. Tapi lewat tulisan beberapa generasi saya dari anak pinak terus ke
bawah, mereka akan membaca tulisan saya. Inilah yang dimaksud bukti cinta.
Tulisan saya akan jadi kado terindah sepanjang masa.
6. Gairah Yang Selalu Menyala
Ibarat kendaraan, yang namanya gairah
boleh dianalogikan sebagai mesin penggeraknya. Walaupun bensinnya ada tapi
mesin penggeraknya mati, maka kendaraan tersebut tak bisa jalan. Maka dengan
menulis selalu saja motivasi setiap hari. Karena seorang penulis tak mungkin
hanya mentransfer ilmu ke orang lain, tapi tak menerima dari orang lain. Maka
dengan menulis saya bisa terus bersemangat mencari ilmu, membaca karya orang
lain dan terus memperbaiki segala kekurangan. Dan ketika memberi sesuatu kepada
orang lain, baik berupa uang ataupun barang biasanya akan lahir rasa bahagia
dalam diri kita. Begitupun ketika kita bisa memberikan sesuatu berupa ilmu
dalam bentuk tulisan, sudah barang tentu kita merasa bahagia dan lebih
bergairah. Apalagi kalau buku kita best seller
7. Percaya Diri
Menulis bukan untuk gagah-gagahan
atau untuk membuktikan kepada orang lain, bahwa saya seorang penulis handal.
Kalaupun rasa itu ada, yang wajar-wajar saja dalam menyikapinya. Namun tak
dipungkiri juga bahwa dengan menulis akan membangkitkan rasa percaya diri. Kita
berbicara di depan publik bukan sekedar pemeo yang bisanya menjiplak tulisan
orang lain. Tapi dengan berbicara dan pernah kita tulis, hal ini akan terasa
beda. Ada power yang mempengaruhi jiwa kita.
8. Mempengaruhi Pikiran Orang
Banyak ide-ide yang tersimpan di otak
tapi terkadang hanya mengendap begitu saja. Padahal ide-ide tersebut mungkin
saja adalah yang sangat dibutuhkan orang dalam membentuk sebuah peradaban yang
lebih baik.
9. Menjual Diri
Eits... jangan negatif dulu ketika
membaca menjual diri. Jujur saja, bahwa seseorang selalu ingin dipandang baik
oleh orang lain. Ketika kita menjajakan barang ke orang lain, hal yang pertama
dilakukan adalah penampilan yang menarik. Begitupun dengan menulis, saya
berpikir orang akan tertarik akan apa yang kita sampaikan setelah membaca dan
memahami tulisan kita.
10. Curhat Berutal
Dalam menumpahkan sebuah gagasan
ataupun sesuatu yang mengganjal di benak, sudah menjadi sunatullah bahwa kita
memerlukan seseorang untuk mendengarkan kata-kata kita. Sayapun demikian, saya
bisa menumpahkan perasaan terhadap isteri dan keluarga saya. Tetapi sampai
kapan dan seberapa sanggup mereka mendengarkan curhatan kita. Maka lewat
tulisan ini saya bisa menumpahkan segala perasaan tanpa terusik dan mengusik
orang lain.
11. Rekreasi Gratis
Untuk menghilangkan rasa penat karena
aktivitas sudah menjadi alasan umum sehingga orang berani jor-joran
mengeluarkan uang untuk hiburan. Sementara bagi saya, cukup masuk kamar membuka
laptop lalu menulis ide-ide yang berserakan hal ini sudah menjadi rekreasi
murah meriah tanpa kantong jebol.
12. Melatih Skill Menulis
Saya termasuk orang yang sepakat
kalau menulis bukanlah diperoleh dari bakat atau sesuatu yang diwariskan.
Karena menulis sejatinya adalah kebiasaan semua orang dan dapat dilakukan oleh
semua orang. Wah, kalau begitu mengapa tidak semua orang bisa menghasilkan
sebuah buku? Nah, disini bisa kita jawab karena kemampuan tersebut tidak diasah
secara terus menerus. Sehingga berakibat anugerah terindah yang Allah berikan
menjadi tumpul dan berkarat. Maka dengan menulis terus menerus maka skill kita
bisa terasah dan lebih jauh lagi dijamin tak sampai pikun.
Begitulah alasan kenapa saya menulis
dan sebagai penutup saya kutip tulisan mas Pram;
“Orang boleh pandai setinggi langit,
tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan dari
sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” (Pramoedya Ananta Toer)
MasyaAllah mantap kang...
BalasHapusTetap semangat ..