Langsung ke konten utama

Inilah 12 Alasan Menjadi Penulis





Terkadang banyak orang mengatakan, bahwa menulis perlu bakat. Menulis itu membutuhkan waktu luang dan suasana tenang. Atau alasan lain yang  tak bisa dibuktikan kebenarannya. Padahal jika kita tengok ke belakang, Bung karno misalnya, semua orang Indonesia pastilah mengenal bapak proklamator yang membawa Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan ini. Bung karno bukanlah seorang yang santai berleha-leha dan nyaris tak memiliki waktu luang. Hidup dibawah tekanan dan keluar masuk penjara tapi bisa menghasilkan buku yang tebal yaitu, “Dibawah Bendera Revolusi”. Buku tersebut sangat legendaris dan dibutuhkan sepanjang masa. Menjadi referensi anak-anak negeri bahkan menjadi rujukan bangsa asing yang ingin mengenal lebih dekat perjuangan Indonesia.

Nah, kalaulah saat ini saya ditanya, “kenapa saya harus menulis?”, jawabannya pastilah banyak. Akan tetapi yang paling utama dan membuat ruh dalam menulis saya, itu dikarenakan niat yang kuat bahwa menulis adalah bagian dari ibadah. Sebagai seorang muslim yang tugas utamanya adalah beribadah, maka sejatinya semua pekerjaan haruslah diniatkan untuk beribadah dan penghambaan sebagai abdi kepada tuanNya.

Ketika saya berniat menulis artikel ini, seolah ada tuntunan yang tidak direncanakan. Habis sholat shubuh kami membaca Alquran yang dilanjutkan dengan terjemahannya,walaupun cuma beberapa ayat. Dan surat yang dibaca adalah Qs. Alqolam. Begitu saya membaca ayat pertama saja, langsung saya terkesima akan maknanya. Bunyinya seperti ini, “Nuun, Demi pena dan apa yang mereka tuliskan.” Subhanalloh, begitu indah dan luar biasanya ayat ini. Sampai-sampai Allah bersumpah melalui ayat tersebut dengan pena. Karena menurut sebagian ahli tafsir bahwa hurup-hurup yang tersusun seperti nuun, alif laam miim, tho ha, dan yang sejenisnya itu termasuk hurup sumpah atau hurup Qasm

1. Menulis Sebagai Ladang Amal Ibadah
Selain ayat di Qs. Alqolam diatas, sebetulnya kalau kita mau menggalinya masih banyak ayat yang berkenaan dengan menulis ini. Dan ini semua, membuat saya memiliki keyakinan dan percaya diri bahwa menulis merupakan bagian dari ibadah. Bukankah kita memberi tahu orang yang tidak tahu adalah ibadah ? dengan menulis kita bisa menyampaikan tentang apa yang terjadi, tentang apa yang kita pikirkan. Yang ujung-ujungnya dapat menghasilkan sebuah inspirasi bagi pembacanya. Kita dapat mengetahui terjemahan kitab suci saja, itu karena peran penulis didalamnya. Sehingga pesan Tuhan dapat sampai ke kita. Jadi alangkah gelapnya dunia ini tanpa gigihnya para penulis di masa lalu.

2. Bentuk Rasa Syukur
Manusia dengan segala nikmat yang Allah berikan sungguh besar tiada tara. Jangankan yang diminta, yang tidak dimintapun Allah memberinya. Ketika menulis bukan satu organ tubuh saja yang bergerak. Selain tangan yang menggerakkan untuk mengetik naskah, ada mata kita yang meneliti hurup demi hurup serta bisa meneliti rapih tidaknya tulisan. Perasaan yang tersinergikan dengan ide-ide di kepala berupa pemikiran yang akan kita ekspresikan lewat tulisan. Semua mensikronkan berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Cobalah bayangkan kalau otak kita tidak waras, belum tentu kita bisa menulis. Maka, dengan menulis bisa dijadikan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah swt yang telah menganugerahkan nikmat yang tiada bandingnya ini.

3. Transfer ilmu
Bisa menyampaikan ilmu ke orang lain, merupakan sesuatu yang amat berharga. Dan bagi saya hal ini akan melahirkan sensasi bahagia tersendiri jika mentransfer ilmu kepada orang lain, apalagi orang tersebut sangat membutuhkan ilmu yang saya miliki. Walaupun yang membaca tulisan saya berada diluar benua sana atau ketika saya sudah bertitel almarhum, tapi saya masih bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi pembaca.
  
4. Berharap jadi Miliarder
Hehehe...... sepertinya gila harta ya saya...? Tidak kita nafikan bahwa hidup butuh biaya. Dan karena saya bukan PNS berarti harapan saya untuk mendapatkan pensiun pasti tak bakal dapat. Saat ini saya masih muda, sehat, anak-anakpun masih pada belia dan saya masih kuat untuk mencari nafkah. Tapi apakah penghasilan saya saat ini bisa memenuhi di masa usia tak produktif lagi ? Bisa juga dengan cara menabung atau investasi buat masa depan. Maka untuk mempersiapkan masa depan itu, maka menulis merupakan investasi dengan pasif income tak terbatas. Bisa melewati rente deposito, obligasi bahkan tak mengenal inflasi.

5. Bukti Cinta Buat Orang-orang Tercinta
Perjalanan cinta bersama orang terkasih akan sirna tatkala saya sudah terbungkus kain kapan dan tertulis di batu nisan. Tapi lewat tulisan beberapa generasi saya dari anak pinak terus ke bawah, mereka akan membaca tulisan saya. Inilah yang dimaksud bukti cinta. Tulisan saya akan jadi kado terindah sepanjang masa.

6. Gairah Yang Selalu Menyala
Ibarat kendaraan, yang namanya gairah boleh dianalogikan sebagai mesin penggeraknya. Walaupun bensinnya ada tapi mesin penggeraknya mati, maka kendaraan tersebut tak bisa jalan. Maka dengan menulis selalu saja motivasi setiap hari. Karena seorang penulis tak mungkin hanya mentransfer ilmu ke orang lain, tapi tak menerima dari orang lain. Maka dengan menulis saya bisa terus bersemangat mencari ilmu, membaca karya orang lain dan terus memperbaiki segala kekurangan. Dan ketika memberi sesuatu kepada orang lain, baik berupa uang ataupun barang biasanya akan lahir rasa bahagia dalam diri kita. Begitupun ketika kita bisa memberikan sesuatu berupa ilmu dalam bentuk tulisan, sudah barang tentu kita merasa bahagia dan lebih bergairah. Apalagi kalau buku kita best seller

7. Percaya Diri
Menulis bukan untuk gagah-gagahan atau untuk membuktikan kepada orang lain, bahwa saya seorang penulis handal. Kalaupun rasa itu ada, yang wajar-wajar saja dalam menyikapinya. Namun tak dipungkiri juga bahwa dengan menulis akan membangkitkan rasa percaya diri. Kita berbicara di depan publik bukan sekedar pemeo yang bisanya menjiplak tulisan orang lain. Tapi dengan berbicara dan pernah kita tulis, hal ini akan terasa beda. Ada power yang mempengaruhi jiwa kita.

8. Mempengaruhi Pikiran Orang
Banyak ide-ide yang tersimpan di otak tapi terkadang hanya mengendap begitu saja. Padahal ide-ide tersebut mungkin saja adalah yang sangat dibutuhkan orang dalam membentuk sebuah peradaban yang lebih baik.

9. Menjual Diri
Eits... jangan negatif dulu ketika membaca menjual diri. Jujur saja, bahwa seseorang selalu ingin dipandang baik oleh orang lain. Ketika kita menjajakan barang ke orang lain, hal yang pertama dilakukan adalah penampilan yang menarik. Begitupun dengan menulis, saya berpikir orang akan tertarik akan apa yang kita sampaikan setelah membaca dan memahami tulisan kita.

10. Curhat Berutal
Dalam menumpahkan sebuah gagasan ataupun sesuatu yang mengganjal di benak, sudah menjadi sunatullah bahwa kita memerlukan seseorang untuk mendengarkan kata-kata kita. Sayapun demikian, saya bisa menumpahkan perasaan terhadap isteri dan keluarga saya. Tetapi sampai kapan dan seberapa sanggup mereka mendengarkan curhatan kita. Maka lewat tulisan ini saya bisa menumpahkan segala perasaan tanpa terusik dan mengusik orang lain.

11. Rekreasi Gratis
Untuk menghilangkan rasa penat karena aktivitas sudah menjadi alasan umum sehingga orang berani jor-joran mengeluarkan uang untuk hiburan. Sementara bagi saya, cukup masuk kamar membuka laptop lalu menulis ide-ide yang berserakan hal ini sudah menjadi rekreasi murah meriah tanpa kantong jebol.

12. Melatih Skill Menulis
Saya termasuk orang yang sepakat kalau menulis bukanlah diperoleh dari bakat atau sesuatu yang diwariskan. Karena menulis sejatinya adalah kebiasaan semua orang dan dapat dilakukan oleh semua orang. Wah, kalau begitu mengapa tidak semua orang bisa menghasilkan sebuah buku? Nah, disini bisa kita jawab karena kemampuan tersebut tidak diasah secara terus menerus. Sehingga berakibat anugerah terindah yang Allah berikan menjadi tumpul dan berkarat. Maka dengan menulis terus menerus maka skill kita bisa terasah dan lebih jauh lagi dijamin tak sampai pikun.

Begitulah alasan kenapa saya menulis dan sebagai penutup saya kutip tulisan mas Pram;
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” (Pramoedya Ananta Toer)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KLASIFIKASI USAHA BERDASARKAN OMZET DAN ASET

Berikut klasifikasi usaha berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008 disebutkan 👉🏻 Kategori Usaha Mikro :   ✒memiliki Aset Maks Rp.50jt   ✒  Omzet per tahun          Maks Rp 300 juta. 👉🏻 Kategori Usaha Kecil:   ✒ memiliki Aset antara          Rp.50jt s.d Rp. 500jt  ✒  Omzet per tahunnya          Rp 300 juta s.d Rp 2.5               milyar  👉🏻 Usaha Menengah : ✒ memiliki Aset antara          Rp.500jt s.d Rp. 10 Milyar  ✒  Omzet per tahunnya          Rp 2.5 M s.d Rp 50 milyar 👉🏻 Usaha Besar : ✒ memiliki Aset       Lebih Dari Rp.10 M  ✒  Omzet per tahunnya          Lebih dari Rp 50 milyar

Ramadhan Sebagai Momentum Perubahan

Suatu hari, Aa Gym tak kuasa untuk melemparkan pertanyaan kepada Agung, sang adik yang cacat tapi tetap sabar dan tak pernah mengeluh. “Dik, kata dokter sakitmu sudah parah sekali. Tapi adik kok tidak pernah mengeluh?” Sang adik tersenyum lalu menjawab, “Untuk apa mengeluh? Mengeluh akan membuat orang lain susah. Kalau orang-orang beramal untuk bekal di surga nanti, saya ingin agar kesabaran saya ini bisa menjadi bekal nanti.” Mendengar jawaban itu Aa Gym tersadar. Betapa mulianya hati sang adik. Walaupun cacat pisik yang dideritanya membuat dirinya harus dibopong setiap berangkat kuliah. Itulah titik balik dalam kehidupan aa Gym sehingga bisa seperti sekarang ini. Lain Aa Gym, lain pula Arifin Ilham, pimpinan majelis dzikir yang ribuan jamahnya. Pada tahun 1997 dipatuk ular, dan bisanya sudah merambah ke seluruh tubuh, sehingga banyak Rumah Sakit yang enggan menerima karena sudah kelihatan umurnya tak akan lama lagi. Tapi atas kuasaNya Arifin Ilham dapat lolos dari maut itu. Sej

MEMBINA CHEMISTRY DENGAN ANAK

             Jujur saja, mengenal istilah chemistry ini belum lama banget. Kira-kira 2 atau 3 tahunan lalu, saya melihat tayangan di televisi tentang keluarga Ridwan kamil walikota Bandung saat ini. Di acara tersebut, beliau   mengungkapkan tentang aktivitas  rutin tiap pagi selama 20 menit,  yaitu  berpelukan dengan anak-anaknya. Walaupun anak-anaknya sudah besar, bahkan yang sulung sudah SMA.  Dan setelah ditanya host acara tersebut, kang Emil melakukan kebiasaan tersebut untuk memperat chemistry diantara mereka sebagai orangtua dan anak.                 Lambat laun saya menangkap kalau yang diistilahkan dari kata asing tersebut, semacam ikatan bathin antara orangtua dan anak-anaknya.  Tapi untuk memenuhi rasa kepenasaran saya tanya mbah google  tentang arti dari chemistry tersebut.  Jawabannya sangat mencengangkan karena semula saya anggap kata tersebut adalah istilah dalam ilmu psykologi, ternyata  arti chemistry itu adalah kimia. Kalau diterjemahkan secara liar lagi