Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

Belajar Berbagi

Dua hari lalu, saya dan anak tengah saya, pergi keluar untuk belanja keperluan. Awalnya sudah diprediksi, kalau jam 11-an keperluan tersebut bisa selesai, dan bisa sempat untuk shalat jum'atan di masjid dekat rumah. Tapi karena suatu hal, gojek yang kami pesan tak kunjung datang. Akhirnya saya berkeputusan untuk melakukan shalat jumat di masjid terdekat dari tempat pusat perbelanjaan tersebut. Kami harus bergerak cepat, karena di masjid tersebut jamaahnya suka membludak. Ketika melewati pintu halaman masjid, kami dicegat ibu tua yang minta-minta. Dan dengan melambaikan tangan, saya memberi isyarat tanda tak memberi. Dan dalam pikiran saya kala itu, antrian tempat wudhu yang berjejer panjang. Telat sedikit saja, sudah dipastikan khatib sudah berdiri. Sesampainya di dalam masjid, sesuatu yang dicari sang anak adalah sebuah kotak infak yang berjejer tiap shaf. Selembar uang lima ribuan dimasukkannya ke dalam kotak infak.  Dan ciumanpun mendarat di keningnya sebagai tanda syukur

Memperkenalkan BBM Pada Anak

Pada kesempatan lalu, sempat disinggung Financial Planning For Kids . Dan pada dasarnya, Financial Plan ini sebuah cara dalam membelanjakan uang, agar sesuai dengan tujuan keuangan. Awalnya mempraktekkan perencanaan keuangan, terasa sulit dan jelimet. Padahal semua itu karena posisi kita masih merasa nyaman di zona ketidak aturan. Membelanjakan uang seenaknya saja, mencampur adukkan mana uang pribadi dan usaha, mengeluarkan uang tak sesuai dengan need atau want. Dan sebetulnya gampang kalau mengetahui teknik pengelolaannya. Ada tahap terpenting dalam melakukan Financial Plan ini, dari mulai Planning, terus maping, selanjutnya budgeting dan tak lupa membuat Goal (tujuan) dari keuangan itu sendiri. Membahas hal begini ke anak tentu tak seperti mengajarkan ke orang dewasa. Jangankan anak kecil, orangtua saja banyak yang kelenger dengar hal ginian. Untuk melatih anak agar bisa langsung praktek, kita bisa sederhanakan istilah yang biasa digunakan para Financial Planer. Kalau biasa

Financial Plan For Kids

          Keterbatasan saya dalam mengelola keuangan, akhirnya terpecahkan setelah ikut work shop tentang Financial Plan yang diadakan MQ FM Bandung, di penghujung tahun 2011. Serasa mendapatkan dunia baru pasca mendapatkan ilmu Financial dari coach Agus Rijal dari masyarakat Insafi (Indonesia Sadar Financial Islami).          Apalagi yang dibahas disini, tentang perencanaan keuangan yang sesuai islam. Oalah... ada gitu Financial Plan Islamic ? Bukannya Financial Plan banyak dipraktekkan di negeri barat? Dan selidik punya selidik, ternyata perencanaan keuangan islami ini sudah berlangsung lama loh. Sejalan dengan datangnya islam itu sendiri.            Silahkan dicek Qs. Al-Isra ayat 26-27, “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithan dan syaithan itu adalah sangat ingkar kepada

MEMBINA CHEMISTRY DENGAN ANAK

             Jujur saja, mengenal istilah chemistry ini belum lama banget. Kira-kira 2 atau 3 tahunan lalu, saya melihat tayangan di televisi tentang keluarga Ridwan kamil walikota Bandung saat ini. Di acara tersebut, beliau   mengungkapkan tentang aktivitas  rutin tiap pagi selama 20 menit,  yaitu  berpelukan dengan anak-anaknya. Walaupun anak-anaknya sudah besar, bahkan yang sulung sudah SMA.  Dan setelah ditanya host acara tersebut, kang Emil melakukan kebiasaan tersebut untuk memperat chemistry diantara mereka sebagai orangtua dan anak.                 Lambat laun saya menangkap kalau yang diistilahkan dari kata asing tersebut, semacam ikatan bathin antara orangtua dan anak-anaknya.  Tapi untuk memenuhi rasa kepenasaran saya tanya mbah google  tentang arti dari chemistry tersebut.  Jawabannya sangat mencengangkan karena semula saya anggap kata tersebut adalah istilah dalam ilmu psykologi, ternyata  arti chemistry itu adalah kimia. Kalau diterjemahkan secara liar lagi

KAPAN BOLEH MARAH?

from:Google Anak -anak yang kita bina, tak selamanya  sesuai dengan apa yang kita inginkan. Ada kalanya orangtua harus melewati fase yang berada pada titik kejengkelan. Pada keadaan seperti  inilah, sebagai orangtua terkadang merasa terpancing untuk meluapkan emosi. Bahkan sangat banyak para ayah yang selalu menggunakan fisik dalam melampiaskan amarahnya. Lantas, apakah boleh kita marah terhadap anak ? Kalau saya pribadi, bukan hanya boleh tapi kalau saatnya perlu marah, kenapa tidak. Hanya perlu dicermati, marah seperti apa yang harus dilakukan? Ada marah pada tempatnya, ada pula marah yang tidak pada tempatnya. Marah yang dibolehkan, lebih kepada menjaga kedisiplinan anak, dan yang paling penting anak mengetahui kalau kita sedang marah. Ketika ada nilai-nilai atau aturan-aturan yang disepakati lalu anak melanggarnya, saya rasa marah harus dilakukan dengan catatan untuk mengingatkan kalau yang dilakukan mereka itu salah. Walaupun marah seperti ini diperkenankan, tap

Memperkenalkan Aurat Pada Anak-anak

                 Mengetahui batasan dalam melakukan tata kehidupan yang islami, sudah menjadi kewajiban bagi semua muslim. Sementara bagi anak-anak, hukumnya tidak wajib, namun mengenalkan semua pemahaman tentang bagaimana menjadi muslim yang kafah kepada mereka, agama menganjurkan harus sedini mungkin, termasuk memberikan pemahaman tentang Aurat. Hal ini akan berdampak pada fase pendidikan anak selanjutnya. Aurat memiliki arti sebagai bagian tubuh yang harus ditutupi atau dilindungi dari pandangan orang lain.  Menampakkan aurat bagi umat islam, dianggap melanggar syariat dan dihukumi dosa. Sehingga memelihara aurat sama dengan memelihara syariat itu sendiri. Bagi anak-anak terutama balita, tentunya memperkenalkan tentang aurat, tak segampang menjelaskan kepada orang dewasa. Disinilah orangtua harus pintar dalam menterjemahkan ke dalam bahasa anak. Bisa menggunakan metode menyanyi, metode visual agar tertangkap dengan otak kanan, atau menggunakan teknik bercerita. Katakan

ANAK ADALAH BIJI PADI, DAN ORANGTUA ADALAH LADANGNYA

                                  Menjadi orangtua ternyata  tidaklah mudah. Merawat dan mengedukasi anak setiap saat, tak segampang  seperti yang tergambar dalam rencana awal. Apalagi di tengah-tengah kesibukan dalam rangka menghidupi keluarga, yang berakibat quantity dengan  anak-anak  jadi  berkurang. Hal ini sering kita temui di tengah-tengah  kita. Seorang ayah yang  sebenarnya adalah kepala  keluarga, tapi dengan dalih sibuk, akhirnya banyak menyerahkan urusan pendidikan terhadap ibu. Bahkan karena ibunya kerja, akhirnya sang anak diasuh oleh neneknya, menyewa baby sitter, atau memasrahkan pada pembantu di rumah. Padahal anak  merupakan sebuah kepercayaan yang teramat tinggi dari Allah untuk dirawat, dijaga, dididik, dibesarkan, dinafkahi dan dikenalkan pada Allah dan Rasul-Nya sehingga tahu akan tugasnya.                                 Anak-anak yang diamanahkan Allah kepada orangtua, bagaikan sebutir  biji padi yang disiapkan untuk menjadi bibit unggul, yang nantiny

Laksana Mengukir Diatas Batu

                                                               Ada kejadian yang sungguh inspiratif menurut saya. Dalam sebuah halaqoh pekanan, sudah menjadi kebiasaan   murobbi (pembina) kami menagih setoran hapalan surat dari Al-qur’an berapapun kemampuan kita. Hapalan yang diminta tidaklah surat-surat panjang, tapi masih sekitar juz 30 dan juz 29. Tapi walaupun masih sekitar surat pendek, tetap saja bagi saya hal itu bagai kontestasi yang menegangkan. Surat yang satu sudah hapal, pas giliran ke surat berikutnya, surat yang hapal terlebih dahulu malah jadi lupa. Hehehe... maklum sudah berumur, itu alasan klise yang senenarnya pembelaan diri yang sering diutarakan. Tapi berbeda dengan Johan teman saya, dia tak kelihatan tegang bahkan terkesan biasa-biasa saja.  Setiap muroja`ah (mengulang hapalan) selalu lancar jaya tak ada halangan. Santai dan enak didengar bacaannya. Rasa penasaran dan salut membuat saya bertanya, "hebat kamu hapalannya, apa sih rahasianya biar hapa

SATU TELADAN LEBIH BAIK DARIPADA 1000 NASIHAT

               Usia dini sering dinisbatkan pada anak yang berusia dibawah 5 atau 7 tahun. Pada usia ini merupakam masa keemasan  anak, yang sangat potensial dalam membentuk kepribadian anak demi masa depan.  Pada era inilah keunikan, kelucuan, kepekaan dan rasa ingin tahu sedang tumbuh-tumbuhnya. Masa inilah diibarakan sebuah gedung, merupakan fondasi yang harus kokoh yang akan menancap kuat. Sehingga tak heran para pakar pendidikan sangat perhatian terhadap sistem dan pola asuh terhadap usia dini  atau golden age.                 Dalam masa ini,mereka selalu akan menduplikasi apa yang ditemukan disekitarnya. Dimulai  dari ayah bundanya, tempat bermainnya, lingkungan sekolahnya dan tempat ibadahnya. Mereka akan terus mengikuti apa yang dilakukan orang tuanya. Bagi mereka, orang tua adalah sosok  yang akan ditirunya. Sehingga hari-hari bersama mereka, adalah masa mengajar, memberi tauladan, membimbing bagaimana kehidupan yang baik.                                 Menconto

PUNYA ANAK KOQ TAKUT

 Banyak cara dalam membina hubungan dengan customer. Salah satunya dengan cara ngobrol, sekedar tanya kabar atau cerita tentang keluarga. Seperti yang saya lakukan beberapa hari lalu, bertanya pada seorang pelanggan tentang anak yang selalu dibawa ke toko kami setiap dia belanja. "Pak, anaknya baru satu ya?" Demikian saya membuka pertanyaan. Dan dia langsung nyahut, "iya, satu aja sudah puyeung. Apalagi nambah lagi".  "Hemmm... puyeung kenapa pak ? Bukannya nambah anak nambah rezeki?" Timpal saya dipenuhi rasa penasaran. "Wah.... jajannya yang ga tahan, rewelnya juga minta ampun. Belum lagi buat biaya sekolahnya."  Demikian jawaban sang bapak, sementara anaknya sepertinya tak peduli dengan apa yang dilontarkan sang ayah. Anak tersebut kelihatannya manja benar di pangkuan bapaknya. Saya berpendapat demikian, karena merasa tak cocok saja dengan anak usia 6 atau 7 tahunan tapi masih gelendotan  di pangkuan bapaknya. Ini berdasar kacamata s

ANAK ADALAH APA YANG ANDA NAFKAHKAN

ilustrasi dari pusathalal.com Beberapa hari lalu, saya bertemu dengan sahabat lama yang  hampir seusia pernikahan kami, 14 tahun tak berjumpa. Banyak hal kemajuan yang didapat , yang salah satunya mengelola pondok pesantren  Al-ianah di bilangan kota Sukabumi. Terakhir ketemu santrinya cuma beberapa santri pria, dan pada pertemuan kemarin,  selain sekarang ada santri perempuan, bahkan ada pengajian pekanan dimana yang ngajinya bukan jamaah biasa, tetapi yang belajarnya para ustadz yang masih mau belajar agama. Yang menarik dari ustadz muda ini, yang kemudian mengilhami saya untuk menulis disini, bukan karena pribadinya yang santun  atau kepiawaiannya dalam membaca kitab kuning, tetapi teringat sosok ayahnya yang bercerita tentang bagaimana merawat  titipan Allah berupa anak-anaknya. Waktu itu saya mencari tahu kepada beliau, apa rahasianya sehingga mempunyai anak cerdas dan menjadi kiayi.  Padahal orang tua atau saudaranya tak ada yang menjadi kiayi. Barangkali pembaca pas

MENGATASI ANAK YANG SUKA MEMBANTAH

Bagaikan kanker ganas yang dapat menggerogoti seluruh tubuh manusia, maka penyakit hati yang terjadi pada anak manusia sebenarnya bisa dihilangkan  dengan mendeteksi sejak awal. Sifat-sifat manusia yang jelek sebenarnya terjadi karena penumpukan kebiasaan yang dialami sejak belia yang tak sempat diantisipasi. Dan semua itu terjadi, bisa jadi  karena minimnya  peran orangtua , lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitarnya.  Sebagai orangtua semestinya kita memahami betul bagaimana mendeteksi hal-hal buruk  pada diri anak ketika masih balita.          Pada tulisan kali ini, saya mencoba mengetengahkan prilaku anak yang sudah nampak semenjak kecil, yaitu "suka membantah"               Suka Membantah     Sebagai orang tua, saya pernah juga mengalami dibantah oleh anak-anak. Hati terasa jengkel dan gemas bukan kepalang, bahkan sepertinya ingin sekali memberikan hukuman  atau sekedar pelajaran.   Saat seperti  itulah terkadang kita merasa kalau ternyata

PERANGAINYA TAK SEELOK NAMANYA

Apa yang anda rasakan,  ketika di media ada berita tertangkapnya seorang penjahat ? Dan ternyata  nama penjahat tersebut   memiliki arti yang indah dan islami. Tentunya  banyak orang berkomentar, “namanya bagus, tapi tak sesuai  dengan kelakuannya”. Lebih miris kalau pelakunya  ada di lingkungan kita, apalagi  salah satu dari anggota keluarga kita. Tentu menyakitkan bukan ? Padahal  nama dipercaya sebagai hadiah terindah yang dipenuhi doa dari orang tuanya.           Jadi apa yang salah dari pemberian nama? Sebetulnya yang salah bukan dari pemberian namanya, tapi terlebih ke pembentukan anak tersebut menjadi orang yang sesuai dengan namanya.  Ketika orangtua memberikan nama “Abdullatif”, yang memiliki arti “Hamba Allah Yang Maha lembut”,  maka orang tua harus membimbingnya menjadi seorang yang berkepribadian lemah lembut dan penyayang. Nama yang bagus bukan hanya mentereng menghiasi KTP, tapi lebih dari itu kalau ternyata orang tua harus pula menjaga nama yang diberikan kep

INSTAL ANAK SEDINI MUNGKIN

Photo from google Mengisntal seorang anak agar sholeh, berakhlak baik, dan menjadi Qurrota A'yun tidaklah semudah mengistal sebuah aplikasi di Gadget anda. Mewujudkan anak berpredikat SHOLEH memerlukan perjuangan sepanjang hayat. Dari semenjak pra hamil, saat melahirkan, saat bayi dan balita hingga remaja proses instalasi harus terus dilakukan. Tapi semua pakar parenting sepakat, bahwa usia yang paling bagus untuk menginstall seorang anak bertaqwa, adalah sampai usia 6 tahun. Sampai usia tersebut, memory anak masih banyak yang kosong. Berilah stimulasi positif ke diri anak agar memorynya dipenuhi hal benar yang  sesuai dengan manual book berupa kitab suci ALQURAN. Sedangkan kalau tahap penginstallan salah, sebagaimana gadget atau komputer, maka akan terjadi error dan salah penerapannya sehingga anak jauh dari harapan orangtua. Dan bisa jadi label " Durhaka " hinggap pada dirinya. Naudzubillah. Informasi yang datang saat ini sangat mudah dan gampa

MEKARMU CUMA SEJENAK, SETELAH ITU LAYU WAHAI GADISKU

Memiliki anak gadis  belia dan beranjak remaja, tentunya membuat para orangtua merasa was-was tiada kira. Bagaikan mengapit telur  diujung tanduk, kalau tak waspada  maka porak porandalah tiada sisa. Ya.... masa remaja cuma sekali dan teramat sebentar. Selepas  itu sang gadis akan mengalami masa dewasa, menjadi seorang isteri  dan ibu dari anak-anaknya. Sehingga tak dinyana kebersamaan dengannya terasa begitu cepat dan selanjutnya akan diboyong karena menjadi milik suaminya.             Masa muda yang beberapa jenak ini telah melahirkan  ungkapan, “masa muda adalah masa yang paling indah” . Keindahan masa muda ini bagaikan mekarnya bunga yang bertebaran di sebuah taman.  Lebah  dan kupu-kupu laksana berlomba-lomba untuk hinggap dan menghisap sari bunganya. Dan setelah itu sang kembang  akan layu, hilang mekarnya dan tak mungkin kuncup kembali.             Karena mekarmu cuma sekali, jadilah gadis yang pandai menjaga semerbak  itu. Jagalah selalu apa yang kau miliki dengan terus