Langsung ke konten utama

Memperkenalkan BBM Pada Anak

Pada kesempatan lalu, sempat disinggung Financial Planning For Kids. Dan pada dasarnya, Financial Plan ini sebuah cara dalam membelanjakan uang, agar sesuai dengan tujuan keuangan.

Awalnya mempraktekkan perencanaan keuangan, terasa sulit dan jelimet. Padahal semua itu karena posisi kita masih merasa nyaman di zona ketidak aturan. Membelanjakan uang seenaknya saja, mencampur adukkan mana uang pribadi dan usaha, mengeluarkan uang tak sesuai dengan need atau want. Dan sebetulnya gampang kalau mengetahui teknik pengelolaannya. Ada tahap terpenting dalam melakukan Financial Plan ini, dari mulai Planning, terus maping, selanjutnya budgeting dan tak lupa membuat Goal (tujuan) dari keuangan itu sendiri.


Membahas hal begini ke anak tentu tak seperti mengajarkan ke orang dewasa. Jangankan anak kecil, orangtua saja banyak yang kelenger dengar hal ginian.


Untuk melatih anak agar bisa langsung praktek, kita bisa sederhanakan istilah yang biasa digunakan para Financial Planer. Kalau biasa digunakan untuk orang dewasa, biasanya menggunakan istilah modal kerja, charity, investasi atau memberi nafkah. Buat mereka para anak kita singkat saja BBM (Belanja hemat, Berbagi dan Menabung).

Saya suka bawa anak-anak ke supermarket, tidak semua yang dia inginkan dikabulkan. Bahkan saya ajak ke lorong yang mendisplay buah-buahan paling memberi tahu tentang nama buah-buahan. Maklum anaknya lahir dan tinggal di kota, jadi kadang tak paham nama ataupun pohon buah-buahan. Sedangkan saya seorang rantau yang awalnya hidup di kampung, jadi tak merasa kesulitan dengan nama buah-buahan, bahkan bergelantungan di pohonnya juga sering hehehe.


 Bukan hanya mengenalkan nama sesuatu, saya juga mengarahkan tentang harga barang yang tertera. Tentang perbandingan harga barang yang memang ada yang mahal dan ada yang murah. Dari perbandingan seperti ini, biasanya anak mulai berpikir untuk membeli barang yang diinginkan, lalu diselaraskan dengan uang yang dimilikinya.


 Kita sering mendengar orangtua yang  sumringah, ketika didengarnya pujian ke.buah hatinya, "ganteng amat sih anak ini". Dan bapaknya langsung nimpalin, "Siapa dulu dong bapaknya,,,,, Tiesnaaaaa..." Tapi ketika anaknya jajan melulu, diapun berteriak, "Boros amat sih kamu, kerjaannya jajan melulu". Hadeuh hancur deh anak itu diomelin kaya gitu. Padahal harusnya intropeksi kata tadi, "Siapa dulu dong bapaknya, boros nurun dari siapa?"

 Wah kalau pertanyaan seperti itu bisa-bisa timbul masalah baru, kata bapaknya, "itu nurun dari kamu mah". Dan istrinya tak mau kalah, "Bapak yang boros".

Jangan sampai terjadi berbantah-bantahan seperti itu. Mending cari solusi bagaimana menularkan Belanja hemat pada anak.

Sebelum belanja, kita harus memisahkan antara kebutuhan dan keinginan. Membuat list barang yang akan dibeli, itu cara bijak sebelum belanja. Libatkan anak berdiskusi tentang apa yang akan dibeli. Percaya deh, dia merasa senang loh diajak diskusi, apalagi kalau sudah pandai menulis. Setelah ketemu klasifikasinya, mana kebutuhan dan mana keinginan, kita prioritaskan saja dulu yang sesuai kebutuhan. Kalau uangnya berlebih, baru membeli barang, yang dia inginkan. Belanja seperti ini hemat waktu juga, karena kita tinggal mengambil yang sesuai dengan daftar belanjaan.
 Selamat berbelanja dan sampai jumpa.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KLASIFIKASI USAHA BERDASARKAN OMZET DAN ASET

Berikut klasifikasi usaha berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008 disebutkan 👉🏻 Kategori Usaha Mikro :   ✒memiliki Aset Maks Rp.50jt   ✒  Omzet per tahun          Maks Rp 300 juta. 👉🏻 Kategori Usaha Kecil:   ✒ memiliki Aset antara          Rp.50jt s.d Rp. 500jt  ✒  Omzet per tahunnya          Rp 300 juta s.d Rp 2.5               milyar  👉🏻 Usaha Menengah : ✒ memiliki Aset antara          Rp.500jt s.d Rp. 10 Milyar  ✒  Omzet per tahunnya          Rp 2.5 M s.d Rp 50 milyar 👉🏻 Usaha Besar : ✒ memiliki Aset       Lebih Dari Rp.10 M  ✒  Omzet per tahunnya          Lebih dari Rp 50 milyar

MARI BELAJAR KEPADA ANAK

                Orangtua dengan label lebih dewasa, ternyata pada prakteknya banyak sekali  melakukan kesalahan terhadap anak.  Rasa malu untuk mengakui  kesalahan, dan  merasa sok segala tahu dibandingkan manusia kecil yang bernama anak.  Hal seperti ini pula yang sering dialami saya, anda dan mungkin banyak orang tua di seluruh dunia. Sepertinya sikap seperti  itu wajar, karena sebagai orang tua sudah makan asam garam lebih banyak dari anak-anak, demikian salah satu peribahasa yang kita kenal.                 Kalau kita teliti secara seksama ternyata banyak sisi positif yang kita ambil dari pribadi belia sang anak.  Sehingga bagi saya, anak merupakan guru kehidupan. Anak bukan saja subjek penanya, tapi anak juga merupakan  orang yang bisa menjawab pertanyaan orang tua. Walaupun tak sepe...

PUNYA ANAK KOQ TAKUT

 Banyak cara dalam membina hubungan dengan customer. Salah satunya dengan cara ngobrol, sekedar tanya kabar atau cerita tentang keluarga. Seperti yang saya lakukan beberapa hari lalu, bertanya pada seorang pelanggan tentang anak yang selalu dibawa ke toko kami setiap dia belanja. "Pak, anaknya baru satu ya?" Demikian saya membuka pertanyaan. Dan dia langsung nyahut, "iya, satu aja sudah puyeung. Apalagi nambah lagi".  "Hemmm... puyeung kenapa pak ? Bukannya nambah anak nambah rezeki?" Timpal saya dipenuhi rasa penasaran. "Wah.... jajannya yang ga tahan, rewelnya juga minta ampun. Belum lagi buat biaya sekolahnya."  Demikian jawaban sang bapak, sementara anaknya sepertinya tak peduli dengan apa yang dilontarkan sang ayah. Anak tersebut kelihatannya manja benar di pangkuan bapaknya. Saya berpendapat demikian, karena merasa tak cocok saja dengan anak usia 6 atau 7 tahunan tapi masih gelendotan  di pangkuan bapaknya. Ini berdasar kacamata s...