Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

NASIHAT SANG GALON KOSONG

Segerombolan anak-anak usia belasan, menyambangi rumah tiap blok dari awal hingga akhir, dengan memukul galon kosong sambil sahut-sahutan berteriak "Sahur.... Sahur.... Sahur...." Terlihat penghuni rumah menyalakan lampu dapurnya guna mempersiapkan hidangan santap sahur. Tapi sebagian rumah lagi,  ada juga yang bergeming, pulas dalam tidurnya. Sehingga membuat anak-anak mengeraskan bunyinya, hingga penghuni rumah merasa terganggu dan akhirnya bangun. Entah sejak kapan kebiasaan itu ada, dan di kecamatan Cidahu kabupaten Kuningan  orang setempat menyebutnya " obrog-obrog ". Alat yang dipukulnya pun bermacam-macam, dan galon kosong itu dipadu padan dengan  peralatan bekas lainnya, sehingga terjalin harmony baru. Seandaianya pasukan obrog-obrog tak lewat, penduduk sekitar akan banyak yang kesiangan sehingga waktu sahur jadi mepet ke imsakiyah. Terlebih yang tidurnya pulas, bisa jadi bablas sampai shubuh. Itulah Fitrah manusia, yang karena khilafnya selalu

NGABUBURIT BIKIN DEFISIT

Ramadhan dan Ngabuburit selalu menyatu dan enggan dipisahkan. Bahkan kata ini munculnya hanya di bulan Ramadhan. Kata yang asalnya berasal dari bahasa Sunda ini, sepertinya sudah merambah ke seantero negeri. Kata dasar ngabuburit adalah "burit"  yang artinya sore. Ketika ditambahkan imbuhan menjadi ngabuburit artinya menunggu sore. Akan tetapi untuk kekinian, istilah ngabuburit berubah makna menjadi menunggu waktu berbuka puasa, yang didalamnya berisi kegiatan yang serba Fun alias menyenangkan. Sepakat tidak sepakat, sayapun setuju aja deh dengan definisi baru tersebut.  Terus, kenapa tulisan ini menyimpulkan bahwa ngabuburit bikin defisit? Kalau dikaitkan dengan biaya, tentu ini menjadi cost tambahan dari anggaran rumah tangga. Khusus di perkotaan hal ini terasa banget. Bahkan ada yang anaknya menghabiskan sampai puluhan ribu demi naik kuda tunggang, dan permainan lainnya. Nah, apakah di zaman Rasulullah ada kegiatan ngabuburit ini ? Ternyata ngab

Ramadhan Sebagai Momentum Perubahan

Suatu hari, Aa Gym tak kuasa untuk melemparkan pertanyaan kepada Agung, sang adik yang cacat tapi tetap sabar dan tak pernah mengeluh. “Dik, kata dokter sakitmu sudah parah sekali. Tapi adik kok tidak pernah mengeluh?” Sang adik tersenyum lalu menjawab, “Untuk apa mengeluh? Mengeluh akan membuat orang lain susah. Kalau orang-orang beramal untuk bekal di surga nanti, saya ingin agar kesabaran saya ini bisa menjadi bekal nanti.” Mendengar jawaban itu Aa Gym tersadar. Betapa mulianya hati sang adik. Walaupun cacat pisik yang dideritanya membuat dirinya harus dibopong setiap berangkat kuliah. Itulah titik balik dalam kehidupan aa Gym sehingga bisa seperti sekarang ini. Lain Aa Gym, lain pula Arifin Ilham, pimpinan majelis dzikir yang ribuan jamahnya. Pada tahun 1997 dipatuk ular, dan bisanya sudah merambah ke seluruh tubuh, sehingga banyak Rumah Sakit yang enggan menerima karena sudah kelihatan umurnya tak akan lama lagi. Tapi atas kuasaNya Arifin Ilham dapat lolos dari maut itu. Sej

Lovely Ramadhan

Bulan penuh berkah, tinggal menghitung hari. Dari ujung gang hingga ke tengah kampung, banyak cara dilakukan, demi menyambut sang tamu agung "RAMADHAN". Ada yang bersih-bersih lingkungan, ada yang mencuci sarana ibadah, ada pula para karang taruna yang sibuk bikin program kegiatan. Kehangatan yang terpancar, begitu berasa. Sampai iklan di televisipun, diwarnai dengan nuansa ramadhan. Bahkan gara-gara iklan sirup, tahun lalu publik sempat dikagetkan oleh Gisella, gadis nasrani asal Bandung yang menjadi mua'llaf gara-gara iklan sirup di bulan ramadhan. Dalam iklan tersebut, tersaji bagaimana sebuah kehangatan yang terjalin dalam sebuah keluarga muslim. Dan ini bukan polesan, atau mengada-ada, karena nyatanya ramadhan benar-benar telah melahirkan suasana yang penuh kehangatan, full keakraban, keceriaan dan waktunya berbagi.  Yang jauh di rantau, rasa rindu untuk hadir di tengah keluarga tercinta menjadi sebuah kebutuhan. Bila sempat dia bisa pulang, tapi kalau ta

Yuk Konsisten Menulis

"Jika kamu bukan anak raja, dan kamu bukan anak ulama besar, maka jadilah Penulis" Ungkapan Al-Ghazali ini sangat terkenal di kalangan penulis. Dan menjadi motivator agar lebih semangat dalam menulis. Karena menulis bisa membuat seseorang dikenal, dikenang, dan memberi manfaat bagi banyak orang, yang tentunya menjadi amal jariah. Apakah seorang ulama besar seperti Al Ghazali yang sehari-harinya berdakwah, menyibukan diri dengan masyarakat, memiliki waktu banyak untuk menulis? Tentu kalaulah Al Ghazali ini tidak menyempatkan diri untuk menulis, maka tidak akan ada karya besar yang ditulisnya. Dan ternyata kuncinya adalah konsisten dalam menulis. Semua penulis dunia yang telah mengikhlaskan diri sebagai penulis,  dia akan menyediakan waktu untuk mengispirasi lewat tulisannya. " Tapi kan saya sibuk, tak ada celah waktu untuk menuangkan ide ke dalam bentuk naskah ?"  Hal ini banyak ditemui, terutama bagi penulis pemula, atau yang menjadikan menulis hanya se

RAMADHAN :"Kejarlah Daku Bila Kau Rindu"

Ingatkah anda bagaimana perasaan anda sedang jatuh cinta ? Ketika cinta bergelora, berjuta rasa menghampiri relung hati. Matapun sulit dipejamkan karena hati terpaut selalu yang tercinta. Dari romantisme cinta ini banyak lahir kisah yang mengharu biru yang tak lapuk ditelan zaman. Tengoklah kisah Ken Arok  mengejar Ken Dedes yang memperjuangkan cintanya hingga apapun dilakukan. Ya.... jatuh cinta senantiasa melibatkan segenap perasaan, mulai dari gembira, bergairah bahkan sedih akan rasa takut kehilangan.  Energi terus memuncak dan terkonsentrasi pada yang dicintai. Hingga lahirlah puisi-puisi yang merindu, melankolis dan penuh harap. Syahru  Ramadhan sebuah nama  yang selalu disematkan kepadanya sebagai bulan yang selalu dirindukan oleh segenap muslim di dunia. Dirindui baginda Nabi dan selalu dinanti para sahabat, tabiin  serta para wali. Hingga lahir pula doa yang sangat mashur, " Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bul

JANGAN ADA NARKOBA DIANTARA KITA

Mendengar kata narkoba, mengingatkan pada sosok manusia kurus kerempeng, mata sayu tak bertenaga, pipinya tirus pucat dan lekukan tulang yang kelihatan. Dan kalau diilustrasikan, disampingnya ada bong penghisap ganja, jarum suntik dan beberapa pil syetan. Sangat mengerikan, dan orang tua yang penyayang pasti bilang, “amit-amit jabang bayi, kalau punya anak hamba narkoba”. Ironis memang, orang pada kenal  bahaya narkoba, tapi dari hari ke hari, seakan bertambah saja penggunanya. Setiap hari di media, ada saja yang tersandung narkoba. Bahkan jika yang tersandung kasus ini seorang  public figur, seperti artis atau pejabat, beritanya sungguh masif dan cetar membahana. Bahkan digoreng sedemikian rupa, hingga berita menjadi sangat menarik dan memiliki nilai jual. Padahal pengguna narkoba ini, dari kalangan biasa juga banyak, bahkan boleh dibilang lebih banyak. Melihat fenomena seperti ini,  sudah pas kalau negeri tercinta ini termasuk kategori  “DARURAT NARKOBA” . Setahun y

Tiga Kata Sakti Buat Anak

Tiga Kata Sakti Buat Anak Pola asuh yang mengedepankan energi positif, maka akan melahirkan generasi yang positif. Menjadi kebanggaan keluarga, lingkungan bahkan negara. Tentu hal ini yang didambakan ayah dan bunda bukan ? Berbicara energi, sebagaimana Richard W James dalam bukunya Personal Leadership menyebutkan : “Energi adalah kekuatan yang tidak terlihat, yang mampu membantu kita melakukan perubahan, berkembang dan memenuhi keinginan dalam hidup.  Dalam mendidik anak, ada tiga kata sakti yang memiliki energi positif. Tiga kata ini menjadi sapaan para orangtua yang sebenarnya sedang mentransfer energi positif ke dalam jiwa anak. Tiga kata penuh kasih sayang ini adalah, Pinter, Ganteng, Sholeh. Gunakan salah satu dari kata itu setiap komunikasi sama anak. "Ganteng, Sholeh yuk ke mesjid bareng-bareng, biar ke surganya bareng-bareng" Atau, seperti ini, "Cantik, pinter, itu  diluar ada yang minta-minta. Biar ditambah disayang Allah berarti harus dikasih"

Menjadi Ayah Yang Asyik

Sebilah pisau selalu terselip di pinggangnya.  Walaupun dia sedang mengajari puteri kecilnya. Dan sang gadis kecil itu selalu merasa ketakutan. Karena pisau itu seakan ancaman bagi si anak jika dia berbuat macam-macam dan tak menuruti perintah ayahnya. Secuil kisah yang menyeramkan tersebut, bukan sebuah fiksi. Itulah kisah Irshad Manji yang kini memproklamirkan diri sebagai seorang feminis liberal dan mengaku sebagai lesbian. Masa kecilnya di Uganda keturunan India tapi kini menetap dan menjadi warga Amerika. Masa kecil traumatis oleh ancaman dan intimidasi telah menggiring dirinya pada karakter keras dan cara pandang sempit terhadap agamanya. Kisah Irsyad Manji adalah contoh kecil dari banyaknya kisah yang menyakitkan gara-gara sadisnya peran ayah. Di luar sana yang terjadi sampai hari ini, masih banyak contoh buruk pola asuh yang salah, yang tersaji dengan kekerasan, arogansi, kesombongan, dan intimidasi. Psikologi si anak tercederai yang berakibat gagalnya hubungan psiko

Belajar Berbagi

Dua hari lalu, saya dan anak tengah saya, pergi keluar untuk belanja keperluan. Awalnya sudah diprediksi, kalau jam 11-an keperluan tersebut bisa selesai, dan bisa sempat untuk shalat jum'atan di masjid dekat rumah. Tapi karena suatu hal, gojek yang kami pesan tak kunjung datang. Akhirnya saya berkeputusan untuk melakukan shalat jumat di masjid terdekat dari tempat pusat perbelanjaan tersebut. Kami harus bergerak cepat, karena di masjid tersebut jamaahnya suka membludak. Ketika melewati pintu halaman masjid, kami dicegat ibu tua yang minta-minta. Dan dengan melambaikan tangan, saya memberi isyarat tanda tak memberi. Dan dalam pikiran saya kala itu, antrian tempat wudhu yang berjejer panjang. Telat sedikit saja, sudah dipastikan khatib sudah berdiri. Sesampainya di dalam masjid, sesuatu yang dicari sang anak adalah sebuah kotak infak yang berjejer tiap shaf. Selembar uang lima ribuan dimasukkannya ke dalam kotak infak.  Dan ciumanpun mendarat di keningnya sebagai tanda syukur

Memperkenalkan BBM Pada Anak

Pada kesempatan lalu, sempat disinggung Financial Planning For Kids . Dan pada dasarnya, Financial Plan ini sebuah cara dalam membelanjakan uang, agar sesuai dengan tujuan keuangan. Awalnya mempraktekkan perencanaan keuangan, terasa sulit dan jelimet. Padahal semua itu karena posisi kita masih merasa nyaman di zona ketidak aturan. Membelanjakan uang seenaknya saja, mencampur adukkan mana uang pribadi dan usaha, mengeluarkan uang tak sesuai dengan need atau want. Dan sebetulnya gampang kalau mengetahui teknik pengelolaannya. Ada tahap terpenting dalam melakukan Financial Plan ini, dari mulai Planning, terus maping, selanjutnya budgeting dan tak lupa membuat Goal (tujuan) dari keuangan itu sendiri. Membahas hal begini ke anak tentu tak seperti mengajarkan ke orang dewasa. Jangankan anak kecil, orangtua saja banyak yang kelenger dengar hal ginian. Untuk melatih anak agar bisa langsung praktek, kita bisa sederhanakan istilah yang biasa digunakan para Financial Planer. Kalau biasa

Financial Plan For Kids

          Keterbatasan saya dalam mengelola keuangan, akhirnya terpecahkan setelah ikut work shop tentang Financial Plan yang diadakan MQ FM Bandung, di penghujung tahun 2011. Serasa mendapatkan dunia baru pasca mendapatkan ilmu Financial dari coach Agus Rijal dari masyarakat Insafi (Indonesia Sadar Financial Islami).          Apalagi yang dibahas disini, tentang perencanaan keuangan yang sesuai islam. Oalah... ada gitu Financial Plan Islamic ? Bukannya Financial Plan banyak dipraktekkan di negeri barat? Dan selidik punya selidik, ternyata perencanaan keuangan islami ini sudah berlangsung lama loh. Sejalan dengan datangnya islam itu sendiri.            Silahkan dicek Qs. Al-Isra ayat 26-27, “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithan dan syaithan itu adalah sangat ingkar kepada

MEMBINA CHEMISTRY DENGAN ANAK

             Jujur saja, mengenal istilah chemistry ini belum lama banget. Kira-kira 2 atau 3 tahunan lalu, saya melihat tayangan di televisi tentang keluarga Ridwan kamil walikota Bandung saat ini. Di acara tersebut, beliau   mengungkapkan tentang aktivitas  rutin tiap pagi selama 20 menit,  yaitu  berpelukan dengan anak-anaknya. Walaupun anak-anaknya sudah besar, bahkan yang sulung sudah SMA.  Dan setelah ditanya host acara tersebut, kang Emil melakukan kebiasaan tersebut untuk memperat chemistry diantara mereka sebagai orangtua dan anak.                 Lambat laun saya menangkap kalau yang diistilahkan dari kata asing tersebut, semacam ikatan bathin antara orangtua dan anak-anaknya.  Tapi untuk memenuhi rasa kepenasaran saya tanya mbah google  tentang arti dari chemistry tersebut.  Jawabannya sangat mencengangkan karena semula saya anggap kata tersebut adalah istilah dalam ilmu psykologi, ternyata  arti chemistry itu adalah kimia. Kalau diterjemahkan secara liar lagi

KAPAN BOLEH MARAH?

from:Google Anak -anak yang kita bina, tak selamanya  sesuai dengan apa yang kita inginkan. Ada kalanya orangtua harus melewati fase yang berada pada titik kejengkelan. Pada keadaan seperti  inilah, sebagai orangtua terkadang merasa terpancing untuk meluapkan emosi. Bahkan sangat banyak para ayah yang selalu menggunakan fisik dalam melampiaskan amarahnya. Lantas, apakah boleh kita marah terhadap anak ? Kalau saya pribadi, bukan hanya boleh tapi kalau saatnya perlu marah, kenapa tidak. Hanya perlu dicermati, marah seperti apa yang harus dilakukan? Ada marah pada tempatnya, ada pula marah yang tidak pada tempatnya. Marah yang dibolehkan, lebih kepada menjaga kedisiplinan anak, dan yang paling penting anak mengetahui kalau kita sedang marah. Ketika ada nilai-nilai atau aturan-aturan yang disepakati lalu anak melanggarnya, saya rasa marah harus dilakukan dengan catatan untuk mengingatkan kalau yang dilakukan mereka itu salah. Walaupun marah seperti ini diperkenankan, tap

Memperkenalkan Aurat Pada Anak-anak

                 Mengetahui batasan dalam melakukan tata kehidupan yang islami, sudah menjadi kewajiban bagi semua muslim. Sementara bagi anak-anak, hukumnya tidak wajib, namun mengenalkan semua pemahaman tentang bagaimana menjadi muslim yang kafah kepada mereka, agama menganjurkan harus sedini mungkin, termasuk memberikan pemahaman tentang Aurat. Hal ini akan berdampak pada fase pendidikan anak selanjutnya. Aurat memiliki arti sebagai bagian tubuh yang harus ditutupi atau dilindungi dari pandangan orang lain.  Menampakkan aurat bagi umat islam, dianggap melanggar syariat dan dihukumi dosa. Sehingga memelihara aurat sama dengan memelihara syariat itu sendiri. Bagi anak-anak terutama balita, tentunya memperkenalkan tentang aurat, tak segampang menjelaskan kepada orang dewasa. Disinilah orangtua harus pintar dalam menterjemahkan ke dalam bahasa anak. Bisa menggunakan metode menyanyi, metode visual agar tertangkap dengan otak kanan, atau menggunakan teknik bercerita. Katakan

ANAK ADALAH BIJI PADI, DAN ORANGTUA ADALAH LADANGNYA

                                  Menjadi orangtua ternyata  tidaklah mudah. Merawat dan mengedukasi anak setiap saat, tak segampang  seperti yang tergambar dalam rencana awal. Apalagi di tengah-tengah kesibukan dalam rangka menghidupi keluarga, yang berakibat quantity dengan  anak-anak  jadi  berkurang. Hal ini sering kita temui di tengah-tengah  kita. Seorang ayah yang  sebenarnya adalah kepala  keluarga, tapi dengan dalih sibuk, akhirnya banyak menyerahkan urusan pendidikan terhadap ibu. Bahkan karena ibunya kerja, akhirnya sang anak diasuh oleh neneknya, menyewa baby sitter, atau memasrahkan pada pembantu di rumah. Padahal anak  merupakan sebuah kepercayaan yang teramat tinggi dari Allah untuk dirawat, dijaga, dididik, dibesarkan, dinafkahi dan dikenalkan pada Allah dan Rasul-Nya sehingga tahu akan tugasnya.                                 Anak-anak yang diamanahkan Allah kepada orangtua, bagaikan sebutir  biji padi yang disiapkan untuk menjadi bibit unggul, yang nantiny

Laksana Mengukir Diatas Batu

                                                               Ada kejadian yang sungguh inspiratif menurut saya. Dalam sebuah halaqoh pekanan, sudah menjadi kebiasaan   murobbi (pembina) kami menagih setoran hapalan surat dari Al-qur’an berapapun kemampuan kita. Hapalan yang diminta tidaklah surat-surat panjang, tapi masih sekitar juz 30 dan juz 29. Tapi walaupun masih sekitar surat pendek, tetap saja bagi saya hal itu bagai kontestasi yang menegangkan. Surat yang satu sudah hapal, pas giliran ke surat berikutnya, surat yang hapal terlebih dahulu malah jadi lupa. Hehehe... maklum sudah berumur, itu alasan klise yang senenarnya pembelaan diri yang sering diutarakan. Tapi berbeda dengan Johan teman saya, dia tak kelihatan tegang bahkan terkesan biasa-biasa saja.  Setiap muroja`ah (mengulang hapalan) selalu lancar jaya tak ada halangan. Santai dan enak didengar bacaannya. Rasa penasaran dan salut membuat saya bertanya, "hebat kamu hapalannya, apa sih rahasianya biar hapa

SATU TELADAN LEBIH BAIK DARIPADA 1000 NASIHAT

               Usia dini sering dinisbatkan pada anak yang berusia dibawah 5 atau 7 tahun. Pada usia ini merupakam masa keemasan  anak, yang sangat potensial dalam membentuk kepribadian anak demi masa depan.  Pada era inilah keunikan, kelucuan, kepekaan dan rasa ingin tahu sedang tumbuh-tumbuhnya. Masa inilah diibarakan sebuah gedung, merupakan fondasi yang harus kokoh yang akan menancap kuat. Sehingga tak heran para pakar pendidikan sangat perhatian terhadap sistem dan pola asuh terhadap usia dini  atau golden age.                 Dalam masa ini,mereka selalu akan menduplikasi apa yang ditemukan disekitarnya. Dimulai  dari ayah bundanya, tempat bermainnya, lingkungan sekolahnya dan tempat ibadahnya. Mereka akan terus mengikuti apa yang dilakukan orang tuanya. Bagi mereka, orang tua adalah sosok  yang akan ditirunya. Sehingga hari-hari bersama mereka, adalah masa mengajar, memberi tauladan, membimbing bagaimana kehidupan yang baik.                                 Menconto

PUNYA ANAK KOQ TAKUT

 Banyak cara dalam membina hubungan dengan customer. Salah satunya dengan cara ngobrol, sekedar tanya kabar atau cerita tentang keluarga. Seperti yang saya lakukan beberapa hari lalu, bertanya pada seorang pelanggan tentang anak yang selalu dibawa ke toko kami setiap dia belanja. "Pak, anaknya baru satu ya?" Demikian saya membuka pertanyaan. Dan dia langsung nyahut, "iya, satu aja sudah puyeung. Apalagi nambah lagi".  "Hemmm... puyeung kenapa pak ? Bukannya nambah anak nambah rezeki?" Timpal saya dipenuhi rasa penasaran. "Wah.... jajannya yang ga tahan, rewelnya juga minta ampun. Belum lagi buat biaya sekolahnya."  Demikian jawaban sang bapak, sementara anaknya sepertinya tak peduli dengan apa yang dilontarkan sang ayah. Anak tersebut kelihatannya manja benar di pangkuan bapaknya. Saya berpendapat demikian, karena merasa tak cocok saja dengan anak usia 6 atau 7 tahunan tapi masih gelendotan  di pangkuan bapaknya. Ini berdasar kacamata s

ANAK ADALAH APA YANG ANDA NAFKAHKAN

ilustrasi dari pusathalal.com Beberapa hari lalu, saya bertemu dengan sahabat lama yang  hampir seusia pernikahan kami, 14 tahun tak berjumpa. Banyak hal kemajuan yang didapat , yang salah satunya mengelola pondok pesantren  Al-ianah di bilangan kota Sukabumi. Terakhir ketemu santrinya cuma beberapa santri pria, dan pada pertemuan kemarin,  selain sekarang ada santri perempuan, bahkan ada pengajian pekanan dimana yang ngajinya bukan jamaah biasa, tetapi yang belajarnya para ustadz yang masih mau belajar agama. Yang menarik dari ustadz muda ini, yang kemudian mengilhami saya untuk menulis disini, bukan karena pribadinya yang santun  atau kepiawaiannya dalam membaca kitab kuning, tetapi teringat sosok ayahnya yang bercerita tentang bagaimana merawat  titipan Allah berupa anak-anaknya. Waktu itu saya mencari tahu kepada beliau, apa rahasianya sehingga mempunyai anak cerdas dan menjadi kiayi.  Padahal orang tua atau saudaranya tak ada yang menjadi kiayi. Barangkali pembaca pas

MENGATASI ANAK YANG SUKA MEMBANTAH

Bagaikan kanker ganas yang dapat menggerogoti seluruh tubuh manusia, maka penyakit hati yang terjadi pada anak manusia sebenarnya bisa dihilangkan  dengan mendeteksi sejak awal. Sifat-sifat manusia yang jelek sebenarnya terjadi karena penumpukan kebiasaan yang dialami sejak belia yang tak sempat diantisipasi. Dan semua itu terjadi, bisa jadi  karena minimnya  peran orangtua , lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitarnya.  Sebagai orangtua semestinya kita memahami betul bagaimana mendeteksi hal-hal buruk  pada diri anak ketika masih balita.          Pada tulisan kali ini, saya mencoba mengetengahkan prilaku anak yang sudah nampak semenjak kecil, yaitu "suka membantah"               Suka Membantah     Sebagai orang tua, saya pernah juga mengalami dibantah oleh anak-anak. Hati terasa jengkel dan gemas bukan kepalang, bahkan sepertinya ingin sekali memberikan hukuman  atau sekedar pelajaran.   Saat seperti  itulah terkadang kita merasa kalau ternyata