Langsung ke konten utama

Yuk Konsisten Menulis

"Jika kamu bukan anak raja, dan kamu bukan anak ulama besar, maka jadilah Penulis"

Ungkapan Al-Ghazali ini sangat terkenal di kalangan penulis. Dan menjadi motivator agar lebih semangat dalam menulis. Karena menulis bisa membuat seseorang dikenal, dikenang, dan memberi manfaat bagi banyak orang, yang tentunya menjadi amal jariah.


Apakah seorang ulama besar seperti Al Ghazali yang sehari-harinya berdakwah, menyibukan diri dengan masyarakat, memiliki waktu banyak untuk menulis?


Tentu kalaulah Al Ghazali ini tidak menyempatkan diri untuk menulis, maka tidak akan ada karya besar yang ditulisnya. Dan ternyata kuncinya adalah konsisten dalam menulis. Semua penulis dunia yang telah mengikhlaskan diri sebagai penulis,  dia akan menyediakan waktu untuk mengispirasi lewat tulisannya.



"Tapi kan saya sibuk, tak ada celah waktu untuk menuangkan ide ke dalam bentuk naskah?"  Hal ini banyak ditemui, terutama bagi penulis pemula, atau yang menjadikan menulis hanya sebagai pengisi waktu senggang saja. Padahal potensi yang dimiliki dalam berkarya sangat besar. Sayang sekali tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin.


Dalam kesibukan sehari-hari tentunya kita memiliki celah waktu yang bisa kita gunakan untuk menulis. Mungkin di pagi hari kita sempatkan diri selama 30 menit atau sekedar menulis beberapa paragraf.  Kenapa saya memberi contoh di pagi hari ? Karena pagi hari, pikiran kita masih fresh belum terkontaminasi dan belum terinterupsi apapun. Sebenarnya hal ini dapat disesuaikan dengan kebiasaan masing-masing. Di beberapa penulis, ada yang terbiasa menjelang tidur saat tepat berkarya. Ada juga yang menyempatkan waktu setelah shalat malam. Yang penting konsisten dalam menulis.


Ide yang bertebaran sayang sekali bila dilewatkan begitu saja. Maka sudah menjadi kebiasaan para penulis untuk memiliki buku khusus yang kemana-mana selalu dibawa. Sebagai sarana orat-oret agar ide tidak hilang begitu saja.


Beruntung kita berada di zaman sekarang yang semua serba sangat mudah. Untuk mencari tambahan bahan tinggal browsing, untuk menyimpan tulisan tinggal dicatat di Note. Bahkan untuk membuat outline dengan mind map, sekarang tinggal download aplikasinya. Saya sendiri kalau tak sempat nulis tinggal gunakan saja fitur "Voice recognition" sehingga dengan berbicara saja, maka gadget mengubahnya jadi tulisan. Simple kan ?

Nah, tunggu apa lagi, buatlah plan kapan anda menulis dan tepati apa yang kita rencanakan. Tak peduli sebentar atau lamanya waktu untuk menulis, tapi konsistenkan bahwa menulis merupakan pekerjaan kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KLASIFIKASI USAHA BERDASARKAN OMZET DAN ASET

Berikut klasifikasi usaha berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008 disebutkan 👉🏻 Kategori Usaha Mikro :   ✒memiliki Aset Maks Rp.50jt   ✒  Omzet per tahun          Maks Rp 300 juta. 👉🏻 Kategori Usaha Kecil:   ✒ memiliki Aset antara          Rp.50jt s.d Rp. 500jt  ✒  Omzet per tahunnya          Rp 300 juta s.d Rp 2.5               milyar  👉🏻 Usaha Menengah : ✒ memiliki Aset antara          Rp.500jt s.d Rp. 10 Milyar  ✒  Omzet per tahunnya          Rp 2.5 M s.d Rp 50 milyar 👉🏻 Usaha Besar : ✒ memiliki Aset       Lebih Dari Rp.10 M  ✒  Omzet per tahunnya          Lebih dari Rp 50 milyar

MARI BELAJAR KEPADA ANAK

                Orangtua dengan label lebih dewasa, ternyata pada prakteknya banyak sekali  melakukan kesalahan terhadap anak.  Rasa malu untuk mengakui  kesalahan, dan  merasa sok segala tahu dibandingkan manusia kecil yang bernama anak.  Hal seperti ini pula yang sering dialami saya, anda dan mungkin banyak orang tua di seluruh dunia. Sepertinya sikap seperti  itu wajar, karena sebagai orang tua sudah makan asam garam lebih banyak dari anak-anak, demikian salah satu peribahasa yang kita kenal.                 Kalau kita teliti secara seksama ternyata banyak sisi positif yang kita ambil dari pribadi belia sang anak.  Sehingga bagi saya, anak merupakan guru kehidupan. Anak bukan saja subjek penanya, tapi anak juga merupakan  orang yang bisa menjawab pertanyaan orang tua. Walaupun tak sepe...

PUNYA ANAK KOQ TAKUT

 Banyak cara dalam membina hubungan dengan customer. Salah satunya dengan cara ngobrol, sekedar tanya kabar atau cerita tentang keluarga. Seperti yang saya lakukan beberapa hari lalu, bertanya pada seorang pelanggan tentang anak yang selalu dibawa ke toko kami setiap dia belanja. "Pak, anaknya baru satu ya?" Demikian saya membuka pertanyaan. Dan dia langsung nyahut, "iya, satu aja sudah puyeung. Apalagi nambah lagi".  "Hemmm... puyeung kenapa pak ? Bukannya nambah anak nambah rezeki?" Timpal saya dipenuhi rasa penasaran. "Wah.... jajannya yang ga tahan, rewelnya juga minta ampun. Belum lagi buat biaya sekolahnya."  Demikian jawaban sang bapak, sementara anaknya sepertinya tak peduli dengan apa yang dilontarkan sang ayah. Anak tersebut kelihatannya manja benar di pangkuan bapaknya. Saya berpendapat demikian, karena merasa tak cocok saja dengan anak usia 6 atau 7 tahunan tapi masih gelendotan  di pangkuan bapaknya. Ini berdasar kacamata s...