Langsung ke konten utama

Ramadhan Sebagai Momentum Perubahan

Suatu hari, Aa Gym tak kuasa untuk melemparkan pertanyaan kepada Agung, sang adik yang cacat tapi tetap sabar dan tak pernah mengeluh. “Dik, kata dokter sakitmu sudah parah sekali. Tapi adik kok tidak pernah mengeluh?” Sang adik tersenyum lalu menjawab, “Untuk apa mengeluh? Mengeluh akan membuat orang lain susah. Kalau orang-orang beramal untuk bekal di surga nanti, saya ingin agar kesabaran saya ini bisa menjadi bekal nanti.”

Mendengar jawaban itu Aa Gym tersadar. Betapa mulianya hati sang adik. Walaupun cacat pisik yang dideritanya membuat dirinya harus dibopong setiap berangkat kuliah.
Itulah titik balik dalam kehidupan aa Gym sehingga bisa seperti sekarang ini.

Lain Aa Gym, lain pula Arifin Ilham, pimpinan majelis dzikir yang ribuan jamahnya. Pada tahun 1997 dipatuk ular, dan bisanya sudah merambah ke seluruh tubuh, sehingga banyak Rumah Sakit yang enggan menerima karena sudah kelihatan umurnya tak akan lama lagi. Tapi atas kuasaNya Arifin Ilham dapat lolos dari maut itu. Sejak itulah Arifin berubah 180 derajat hingga seperti yang kita Kenal sekarang ini.

Begitu pula Yusuf mansyur yang pernah dililit hutang milyaran dan akhirnya di penjara. Namun di Penjara itulah seolah Allah menumpahkan kasih sayang sama Yusuf mansyur, hingga dirinya berubah seperti Yusuf Mansyur yang kita kenal sekarang, ustadz Hafidz yang gemar berinfak.

So.......
Kapan kita berubah ?
Apakah nunggu moment dipatuk ular dulu seperti Arifin Ilham ? Atau nunggu masuk penjara dulu seperti Ustadz YM.

Semua orang berbeda dalam garis nasibnya. Hanya semua tentu memiliki pengalaman anugerah nikmat yang tiada tara. Dan semua itu perlu kita syukuri.

Nikmat bisa memasuki Bulan Agung Ramadhanpun adalah suatu nikmat yang tiada tara. Apalagi didalamnya ada yang disebut malam Lailatul Qodar malam yang lebih baik dari 1000 bulan.

Untuk itu saudaraku, alangkah baiknya kalau Ramadhan kali ini dijadikan sebagai Momentum perubahan.

Berubah menjadi lebih baik tentunya. Seorang yang asalnya sholat bolong-bolong, niatkan dalam diri bahwa mulai Ramadhan ini akan berubah. Yang asalnya jarang berkunjung ke orangtua jadikan Ramadhan ini sebagai pemicu untuk lebih banyak mengunjungi orangtua. Bagi seorang penulis yang selalu mentok di ide, mudah-mudahan di bulan Ramadhan dapat menambah ide dan menjadi berbuku-buku yang best seller.

Pun seorang pebisnis jadikan bulan yang penuh keberkahan ini sebagai sarana introspeksi dan menjadikan pondasi untuk lebih bagus dan terarah dalam usahanya.

Yuk berubah untuk lebih baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KLASIFIKASI USAHA BERDASARKAN OMZET DAN ASET

Berikut klasifikasi usaha berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008 disebutkan 👉🏻 Kategori Usaha Mikro :   ✒memiliki Aset Maks Rp.50jt   ✒  Omzet per tahun          Maks Rp 300 juta. 👉🏻 Kategori Usaha Kecil:   ✒ memiliki Aset antara          Rp.50jt s.d Rp. 500jt  ✒  Omzet per tahunnya          Rp 300 juta s.d Rp 2.5               milyar  👉🏻 Usaha Menengah : ✒ memiliki Aset antara          Rp.500jt s.d Rp. 10 Milyar  ✒  Omzet per tahunnya          Rp 2.5 M s.d Rp 50 milyar 👉🏻 Usaha Besar : ✒ memiliki Aset       Lebih Dari Rp.10 M  ✒  Omzet per tahunnya          Lebih dari Rp 50 milyar

MARI BELAJAR KEPADA ANAK

                Orangtua dengan label lebih dewasa, ternyata pada prakteknya banyak sekali  melakukan kesalahan terhadap anak.  Rasa malu untuk mengakui  kesalahan, dan  merasa sok segala tahu dibandingkan manusia kecil yang bernama anak.  Hal seperti ini pula yang sering dialami saya, anda dan mungkin banyak orang tua di seluruh dunia. Sepertinya sikap seperti  itu wajar, karena sebagai orang tua sudah makan asam garam lebih banyak dari anak-anak, demikian salah satu peribahasa yang kita kenal.                 Kalau kita teliti secara seksama ternyata banyak sisi positif yang kita ambil dari pribadi belia sang anak.  Sehingga bagi saya, anak merupakan guru kehidupan. Anak bukan saja subjek penanya, tapi anak juga merupakan  orang yang bisa menjawab pertanyaan orang tua. Walaupun tak sepe...

PUNYA ANAK KOQ TAKUT

 Banyak cara dalam membina hubungan dengan customer. Salah satunya dengan cara ngobrol, sekedar tanya kabar atau cerita tentang keluarga. Seperti yang saya lakukan beberapa hari lalu, bertanya pada seorang pelanggan tentang anak yang selalu dibawa ke toko kami setiap dia belanja. "Pak, anaknya baru satu ya?" Demikian saya membuka pertanyaan. Dan dia langsung nyahut, "iya, satu aja sudah puyeung. Apalagi nambah lagi".  "Hemmm... puyeung kenapa pak ? Bukannya nambah anak nambah rezeki?" Timpal saya dipenuhi rasa penasaran. "Wah.... jajannya yang ga tahan, rewelnya juga minta ampun. Belum lagi buat biaya sekolahnya."  Demikian jawaban sang bapak, sementara anaknya sepertinya tak peduli dengan apa yang dilontarkan sang ayah. Anak tersebut kelihatannya manja benar di pangkuan bapaknya. Saya berpendapat demikian, karena merasa tak cocok saja dengan anak usia 6 atau 7 tahunan tapi masih gelendotan  di pangkuan bapaknya. Ini berdasar kacamata s...