Langsung ke konten utama

SAAT CINTA BERBICARA


Dari blog pertama sampai yang terakhir, saya seolah bercerita dari awal toko ini dirintis sampai kisah di tahun 2011. untuk cerita selanjutnya nanti deh sepertinya. Saat ini saya mau bercerita tentang rasa bahagia dan cinta.
Kenapa ngomongin cinta ?

Karena Rasa cinta sejatinya milik semua orang. Bukan hanya dimiliki pasangan muda yang baru menikah atau milik sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta terlarang karena diluar pernikahan. Justru satu kata cinta ini harus selalu ada setiap zaman buat semua pasangan suami istri. Baik yang baru menikah atau bagi pasangan yang sudah lama kaya kami.

Sebuah rangkaian cinta tidak boleh putus, eratkan jalinannya dan bentengi terus agar tetap kokoh. Selalu disiram setiap saat, agar terus tumbuh, mekar dengan bunga-bunga kasih dan terus berbuah hingga bisa dinikmati hingga di surgaNya kelak.

Ya....Ya....Ya......
Hari-hari yang kami lalui sangat berbeda dari yang lalu.
Janin didalam rahim sang isteri ternyata berbuah anugerah tiada tara. Dan rasa cinta dan bahagia yang tak dapat dilihat orang lain, terus membahana dalam jiwa kami.

Penantian anak ke tiga sungguh berbeda dibanding waktu mengandung Azkiya dan Ahsan. Entah karena usia istri yang sudah 35 atau memang ini anugerah Allah yang diberikan berupa kesadaran seorang bapak. Kali ini saya selalu over care dalam perhatian terhadap isteri. Saya tak mau isteri kelelahan, sehingga pekerjaan yang biasa dilakukannya dengan penuh semangat ikhlas saya lakukan juga.
Pagi-pagi setelah buka toko, saya langsung cuci pakaian keluarga dan cuci alat masak juga saya yang ngerjain.

Ternyata semua pekerjaan yang dilakukan atas dasar cinta semua serba mudah dan sangat senang melakukannya. Hal seperti ini sempet saya cerita ke sahabat karib saya, dan dia dengan nada nyinyir bilang, "Jadi selama ini kamu kemana aja?".
Hahaha..... iya juga sih, kenapa selama ini saya selalu membebankan pekerjaan tersebut sama isteri ya?
Padahal nabi pernah pesan, bahwa nyuci, masak itu adalah mutlak tanggungjawab sang suami.
(Ga usah dibahas dulu redaksi haditsnya seperti apa, lain kali deh dibahasnya )

Dengan kejadian seperti ini, jadi jelas dech bahwa kebahagiaan itu tidak terletak di uang, jabatan atau tahta sekalipun. Tetapi cinta akan lahir dengan tulus agar mau terus membina dan belajar untuk meraihnya, merawatnya dan menjadikan Allah sebagai pelindung dalam keberlangsungan sebuah cinta.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KLASIFIKASI USAHA BERDASARKAN OMZET DAN ASET

Berikut klasifikasi usaha berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008 disebutkan 👉🏻 Kategori Usaha Mikro :   ✒memiliki Aset Maks Rp.50jt   ✒  Omzet per tahun          Maks Rp 300 juta. 👉🏻 Kategori Usaha Kecil:   ✒ memiliki Aset antara          Rp.50jt s.d Rp. 500jt  ✒  Omzet per tahunnya          Rp 300 juta s.d Rp 2.5               milyar  👉🏻 Usaha Menengah : ✒ memiliki Aset antara          Rp.500jt s.d Rp. 10 Milyar  ✒  Omzet per tahunnya          Rp 2.5 M s.d Rp 50 milyar 👉🏻 Usaha Besar : ✒ memiliki Aset       Lebih Dari Rp.10 M  ✒  Omzet per tahunnya          Lebih dari Rp 50 milyar

MARI BELAJAR KEPADA ANAK

                Orangtua dengan label lebih dewasa, ternyata pada prakteknya banyak sekali  melakukan kesalahan terhadap anak.  Rasa malu untuk mengakui  kesalahan, dan  merasa sok segala tahu dibandingkan manusia kecil yang bernama anak.  Hal seperti ini pula yang sering dialami saya, anda dan mungkin banyak orang tua di seluruh dunia. Sepertinya sikap seperti  itu wajar, karena sebagai orang tua sudah makan asam garam lebih banyak dari anak-anak, demikian salah satu peribahasa yang kita kenal.                 Kalau kita teliti secara seksama ternyata banyak sisi positif yang kita ambil dari pribadi belia sang anak.  Sehingga bagi saya, anak merupakan guru kehidupan. Anak bukan saja subjek penanya, tapi anak juga merupakan  orang yang bisa menjawab pertanyaan orang tua. Walaupun tak sepe...

PUNYA ANAK KOQ TAKUT

 Banyak cara dalam membina hubungan dengan customer. Salah satunya dengan cara ngobrol, sekedar tanya kabar atau cerita tentang keluarga. Seperti yang saya lakukan beberapa hari lalu, bertanya pada seorang pelanggan tentang anak yang selalu dibawa ke toko kami setiap dia belanja. "Pak, anaknya baru satu ya?" Demikian saya membuka pertanyaan. Dan dia langsung nyahut, "iya, satu aja sudah puyeung. Apalagi nambah lagi".  "Hemmm... puyeung kenapa pak ? Bukannya nambah anak nambah rezeki?" Timpal saya dipenuhi rasa penasaran. "Wah.... jajannya yang ga tahan, rewelnya juga minta ampun. Belum lagi buat biaya sekolahnya."  Demikian jawaban sang bapak, sementara anaknya sepertinya tak peduli dengan apa yang dilontarkan sang ayah. Anak tersebut kelihatannya manja benar di pangkuan bapaknya. Saya berpendapat demikian, karena merasa tak cocok saja dengan anak usia 6 atau 7 tahunan tapi masih gelendotan  di pangkuan bapaknya. Ini berdasar kacamata s...