Bagaikan
kanker ganas yang dapat menggerogoti seluruh tubuh manusia, maka penyakit hati
yang terjadi pada anak manusia sebenarnya bisa dihilangkan dengan mendeteksi sejak awal. Sifat-sifat
manusia yang jelek sebenarnya terjadi karena penumpukan kebiasaan yang dialami
sejak belia yang tak sempat diantisipasi. Dan semua itu terjadi, bisa jadi karena minimnya peran orangtua , lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat sekitarnya.
Sebagai orangtua semestinya kita memahami betul bagaimana mendeteksi
hal-hal buruk pada diri anak ketika masih
balita.
Pada tulisan kali ini, saya mencoba mengetengahkan prilaku anak yang sudah nampak semenjak kecil, yaitu "suka membantah"
Suka Membantah
Sebagai
orang tua, saya pernah juga mengalami dibantah oleh anak-anak. Hati terasa
jengkel dan gemas bukan kepalang, bahkan sepertinya ingin sekali memberikan
hukuman atau sekedar pelajaran. Saat
seperti itulah terkadang kita merasa
kalau ternyata menjadi orang tua itu terasa sulit. Dan banyak orang tua yang
akhirnya menangis karena tak kuasa
menghadapi tingkah anak seperti itu. Bahkan ada orang tua yang sengaja di masukkan ke pesantren, hanya gara-gara di rumahnya sering membantah.
Mengapa
hal ini bisa terjadi ? sebenarnya orang tua tak perlu panik bila menemukan hal
seperti ini. Karena dalam masa seperti itu, sebenarnya
merupakan fase alami yang akan dialami kejiwaan anak, dimana mereka merasa lebih mandiri sehingga
tak perlu disuruh orang lain. Dengan seiringnya waktu mereka akan tersadar juga
kalau menantang, membantah atau keras kepala adalah sebuah sikap yang jelek.
Menyikapi
kejadian seperti ini, sebagai orang tua yang bijak tentunya harus introspeksi
diri. Jangan-jangan antara suami isteri pernah saling berbantah-bantahan, atau
bisa jadi anak pernah melihat kakek dan neneknya atau juga anggota keluarga
serumah yang melakukan hal yang sama. Karena anak-anak senangnya meniru yang
ada di lingkungan terdekatnya, maka segala hal yang didapatkan akan langsung
tertangkap alam bawah sadarnya. Kalau kejadiannya seperti ini, maka diharapkan orang tua
jangan sekali-kali bertindak hal serupa didepan mereka.
Sikap suka
membantah ini juga, bisa dikarenakan efek dari kasih sayang berlebihan dan
cenderung bukan sebuah kasih sayang tapi
lebih ke memanjakan anak. Kasih
sayang yang menyimpang seperti ini, merupakan langkah orang tua yang salah
kaprah. Alih-alih menyayangi padahal menyemai benih penyakit hati pada diri
anak.
Sepintas seperti sama saja antara kasih sayang dan memanjakan anak. Padahal ada perbedaan mencolok antara dua istilah tersebut. Kalau kasih sayang lebih diartikan sikap orang tua yang
betul-betul ingin membimbing si anak ke arah yang benar, dia akan dibimbing
tentang tanggung jawab, diperkenalkan tentang hak dan kewajiban sebagai manusia, dan mengarahkan
hidupnya agar mengenal Allah dan RasulnNya. Sedangkan memanjakan, orang tua cenderung banyak memberikan
kelonggaran bahkan tak pernah menghukumnya kalau melakukan kesalahan. Hasrat
yang diinginkan sang anak selalu dituruti, tak peduli itu akan buang uang dan
waktu. Sementara orang tua yang baik, dia
akan menghukumnya jika anak
melakukan kesalahan walaupun hukuman atau sangsi yang diberikan
tidak berupa hukuman fisik.
Anak yang hidup dalam kemanjaan akan
tumbuh menjadi anak yang tak bisa
memiliki rasa tanggung jawab, bersikap egois, sombong, tidak percaya diri dan
akan membantah kalau dirinya diperintah, bahkan terhadap orang tuanya sendiri. Jika hal ini sudah terbiasa,
maka orang tua harus cari solusi untuk meredam agar virus negatif ini tak terus tumbuh. Sering
berdialog dengan anak lebih baik daripada memberi hukuman saat
dia membantah perintah.
Ada tips menarik yang saya ambil dari ayahbunda.com yang bisa kita praktekkan ketika menghadapi sang buah hati membantah.
Ada tips menarik yang saya ambil dari ayahbunda.com yang bisa kita praktekkan ketika menghadapi sang buah hati membantah.
- Merespon dengan humor. Jangan terpancing untuk marah, apalagi bila anak ngotot melakukan sesuatu yang tidak berbahaya. Cukup katakan, ”Oh, kamu memasukkan kue ke gelas supaya kuenya berenang ya? Padahal kuenya lebih senang bila berada di perut kamu, lho.”
- Tetap ingatkan kewajibannya. Untuk hal-hal yang memang harus dilakukan anak, jangan biarkan dia bebas dan ingatkan terus. Semisal tugas membereskan mainan atau menggosok gigi, katakan dengan nada tegas namun tidak berteriak.
- Gunakan psikologi terbalik. Ketika anak menolak mandi, Anda bisa bilang begini, ”Oh, kamu tidak mau mandi. Okey, tidak apa-apa. Biar saja nanti badannya bau dan digigiti nyamuk.” Dengan psikologi terbalik, anak akan berpikir bahwa Anda tidak peduli terhadap reaksinya. Itu akan memancing ia berbuat sebaliknya untuk mendapat respon Anda.
- Menyuruh dalam nada meminta, misalnya, ”Boleh ibu minta buku kamu?” lebih baik untuk ego anak daripada nada memerintah seperti “Ayo, bawa sini bukunya!”
- Terangkan dengan spesifik apa yang Anda ingin anak lakukan. Misalnya, katakan “Yuk, taruh bonekamu di dalam kotaknya,” daripada “Ayo, kembalikan mainannya!”
- Ajarkan anak kata-kata untuk mengekspresikan perasaan. Terkadang anak memberondong Anda dengan kata "tidak" hanya untuk menunjukkan perasaan tidak senang, protes, atau marah pada sesuatu. Coba cek dengan bertanya padanya, ”Kamu lagi marah, ya? Apa yang membuat kamu marah? Coba bilang sama Bunda." Lalu, dengarkan perkataan anak sambil membantunya memilih kata-kata.
- Lupakan sifat bossy Anda. Tidak ada orang yang senang diperintah, bukan? Karena itu, wajar jika anak menolak duduk di car seat karena nada perintah Anda seperti diktator: "Duduk di kursimu!". Lebih efektif bila menyampaikan instruksi secara bersahabat, namun jelaskan konsekuensi bila anak melanggar, misalnya, “Okey, kita sudah duduk di mobil. Tapi kamu harus duduk di kursimu, supaya kalau ibu merem mendadak, kamu tidak mental". Jangan lupa, nada suara juga penting. Tidak perlu berteriak atau membentak.
- Mengalihkan perhatian ketimbang melarang. Suatu hari, Ahsan sangat asyik main pistol air. Karena asyiknya, sampai semua barang yang ada di tokopun, disemprotnya hingga pada basah. Sontak isteri saya melarangnya, tapi tetap saja Ahsan ketawa-ketawa dengan pistol airnya. Akhirnya saya mencoba mengalihkan perhatiannya, kebetulan siang itu ada jadwal masuk TPA (Taman Pendidikan Alqur'an) di masjid terdekat. "Ahsan, itu lihat jam dinding sudah menunjukkan jam berapa?" Ditanya demikian Ahsan yang memang akhir-akhir ini sedang belajar tentang jarum jam, langsung menghentikan mainannya dan mengamati arah jarum jam tersebut. Kala itulah, saya mengingatkan harus siap-siap pergi ke TPA, dan berhasil.
- Cari kata spesifik selain “jangan”, untuk mencegah aktifitas yang membahayakan anak. Misalnya, ketika dia bermain-main dengan tempat sampah, reaksi Anda mungkin mengatakan “Jangan!”. Cobalah memilih kata lain yang lebih efektif, misalnya, “Hi, jijik! Main kotak sampah bisa membuatmu sakit.” Katakan dengan ekspresi yang mendukung.
- Berikan kata positif dengan kata awal yang mengandung konotasi negatif. Misalnya, “Kamu tidak boleh main pisau, tapi kamu boleh main bola.” Atau “Kamu tidak boleh menyeberang jalan sendiri tapi kamu boleh menemani Mama menyeberang jalan.” Gunakan ekspresi meyakinkan untuk menekankan bahwa ia boleh melakukan sesuatu tetapi dalam cara yang positif. Ini adalah cara kreatif dalam memberi anak pilihan tanpa melarangnya terus-menerus.
- Beri masukkan kalau sebenarnya apa yang diperintahkan itu memiliki manfaat. Tentunya dengan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti anak-anak Hargai dirinya jangan sampai memberi perintah terlalu banyak, misalnya belum selesai perintah satu sudah muncul perintah berikutnya. Dan ketika si anak meluluskan perintah kita, jangan segan-segan untuk mengucapkan terimakasih atau memberi pujian, karena dengan pujian dirinya merasa dihargai dan tentunya anak sedang belajar menghargai. Sampaikan perintah yang kita lontarkan dengan penuh kelembutan, misalnya dengan menggunakan kata “tolong” di awal perintah.
Dan perlu diketahui juga, alasan mengapa
si anak membantah ? Siapa tahu, karena anak belum mampu atau tak memiliki
kapasitas untuk melakukan apa yang
diperintahkan. Atau bisa juga anak
pernah dibodohi oleh orang tuanya.
Misalnya orang tua menjanjikan
akan membelikan sepeda baru kalau
dalam waktu sebulan anaknya hapal juz 30. Tapi setelah hapal juz 30 ternyata orang tuanya batal memberikan
hadiah dengan alasan yang tak jelas. Siap-siaplah kalau akhirnya anak selalu
membantah perintah kita.
Kalau dari sekian cara diterapkan, tapi
anak masih saja membantah, jangan khawatir karena kita masih bisa berdoa untuk
memohon kepada Allah agar anak-anak
kita terjaga dari hal-hal yang akan
merugikan dirinya. Ingatlah bahwa berdoa adalah senjatanya orang mukmin.
Komentar
Posting Komentar