Langsung ke konten utama

MENGATASI ANAK YANG SUKA MEMBANTAH




Bagaikan kanker ganas yang dapat menggerogoti seluruh tubuh manusia, maka penyakit hati yang terjadi pada anak manusia sebenarnya bisa dihilangkan  dengan mendeteksi sejak awal. Sifat-sifat manusia yang jelek sebenarnya terjadi karena penumpukan kebiasaan yang dialami sejak belia yang tak sempat diantisipasi. Dan semua itu terjadi, bisa jadi  karena minimnya  peran orangtua , lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitarnya.  Sebagai orangtua semestinya kita memahami betul bagaimana mendeteksi hal-hal buruk  pada diri anak ketika masih balita.

         Pada tulisan kali ini, saya mencoba mengetengahkan prilaku anak yang sudah nampak semenjak kecil, yaitu "suka membantah"

             Suka Membantah

    Sebagai orang tua, saya pernah juga mengalami dibantah oleh anak-anak. Hati terasa jengkel dan gemas bukan kepalang, bahkan sepertinya ingin sekali memberikan hukuman  atau sekedar pelajaran.   Saat seperti  itulah terkadang kita merasa kalau ternyata menjadi orang tua itu terasa sulit. Dan banyak orang tua yang akhirnya menangis  karena tak kuasa menghadapi  tingkah anak seperti itu. Bahkan ada orang tua yang sengaja di masukkan ke pesantren, hanya gara-gara di rumahnya sering membantah.

Mengapa hal ini bisa terjadi ? sebenarnya orang tua tak perlu panik bila menemukan hal seperti ini. Karena dalam masa seperti itu, sebenarnya merupakan fase alami yang akan dialami kejiwaan  anak,  dimana mereka merasa lebih mandiri sehingga tak perlu disuruh orang lain. Dengan seiringnya waktu mereka akan tersadar juga kalau menantang, membantah atau keras kepala adalah sebuah sikap yang  jelek.

Menyikapi kejadian seperti ini, sebagai orang tua yang bijak tentunya harus introspeksi diri. Jangan-jangan antara suami isteri pernah saling berbantah-bantahan, atau bisa jadi anak pernah melihat kakek dan neneknya atau juga anggota keluarga serumah yang melakukan hal yang sama. Karena anak-anak senangnya meniru yang ada di lingkungan terdekatnya, maka segala hal yang didapatkan akan langsung tertangkap alam bawah sadarnya. Kalau kejadiannya  seperti ini, maka diharapkan orang tua jangan sekali-kali bertindak hal serupa didepan mereka.

Sikap suka membantah ini juga, bisa dikarenakan efek dari kasih sayang berlebihan dan cenderung  bukan sebuah kasih sayang tapi lebih ke memanjakan anak.  Kasih sayang  yang menyimpang seperti  ini, merupakan langkah orang tua yang salah kaprah. Alih-alih menyayangi padahal menyemai benih penyakit hati pada diri anak. 

Sepintas seperti sama saja antara kasih sayang dan memanjakan anak. Padahal ada perbedaan mencolok antara dua istilah tersebut. Kalau kasih sayang lebih diartikan sikap orang tua  yang betul-betul ingin membimbing si anak ke arah yang benar, dia akan dibimbing tentang tanggung jawab,  diperkenalkan tentang hak dan kewajiban sebagai manusia, dan  mengarahkan hidupnya agar mengenal Allah dan RasulnNya. Sedangkan memanjakan, orang tua cenderung banyak memberikan kelonggaran bahkan tak pernah menghukumnya kalau melakukan kesalahan. Hasrat yang diinginkan sang anak selalu dituruti, tak peduli itu akan buang uang dan waktu. Sementara orang tua yang baik, dia  akan menghukumnya jika anak  melakukan kesalahan walaupun hukuman atau sangsi yang diberikan tidak  berupa hukuman fisik.  


Anak yang hidup dalam kemanjaan akan tumbuh menjadi anak yang  tak bisa memiliki rasa tanggung jawab, bersikap egois, sombong, tidak percaya diri dan akan membantah kalau dirinya diperintah, bahkan terhadap orang tuanya sendiri.  Jika hal ini sudah terbiasa, maka orang tua harus cari solusi untuk meredam  agar virus negatif ini tak terus tumbuh. Sering berdialog dengan anak lebih baik daripada memberi  hukuman saat  dia membantah perintah. 

Ada tips menarik yang saya ambil dari ayahbunda.com yang bisa kita praktekkan ketika menghadapi sang buah hati membantah.

  • Merespon dengan humor. Jangan terpancing untuk marah, apalagi bila anak ngotot melakukan sesuatu yang tidak berbahaya.  Cukup katakan, ”Oh, kamu memasukkan kue ke gelas supaya kuenya berenang ya? Padahal kuenya lebih senang bila berada di perut kamu, lho.”

  • Tetap ingatkan kewajibannya. Untuk hal-hal yang memang harus dilakukan anak, jangan biarkan dia bebas dan ingatkan terus. Semisal tugas membereskan mainan atau menggosok gigi, katakan dengan nada tegas namun tidak berteriak.

  • Gunakan psikologi terbalik. Ketika anak menolak mandi, Anda bisa bilang begini, ”Oh, kamu tidak mau mandi. Okey, tidak apa-apa. Biar saja nanti badannya bau dan digigiti nyamuk.” Dengan psikologi terbalik, anak akan berpikir bahwa Anda tidak peduli terhadap reaksinya. Itu akan memancing ia berbuat sebaliknya untuk mendapat respon Anda.

  • Menyuruh dalam nada meminta, misalnya, ”Boleh ibu minta buku kamu?” lebih baik untuk  ego anak daripada nada memerintah seperti “Ayo, bawa sini bukunya!”

  • Terangkan dengan spesifik apa yang Anda ingin anak lakukan.  Misalnya, katakan “Yuk, taruh bonekamu di dalam kotaknya,” daripada “Ayo, kembalikan mainannya!”

  • Ajarkan anak kata-kata  untuk mengekspresikan perasaan. Terkadang anak memberondong  Anda dengan kata "tidak"  hanya untuk menunjukkan perasaan tidak senang, protes, atau  marah pada sesuatu. Coba cek dengan bertanya padanya, ”Kamu lagi marah, ya? Apa yang membuat kamu marah? Coba bilang sama Bunda." Lalu, dengarkan perkataan anak sambil membantunya memilih kata-kata.

  • Lupakan sifat bossy Anda. Tidak ada orang yang senang diperintah, bukan? Karena itu, wajar jika anak  menolak duduk di car seat karena nada perintah Anda seperti diktator: "Duduk di kursimu!". Lebih efektif bila menyampaikan instruksi secara bersahabat, namun jelaskan konsekuensi bila anak melanggar, misalnya, “Okey, kita sudah duduk di mobil. Tapi kamu harus  duduk di kursimu, supaya kalau ibu merem mendadak, kamu tidak mental".  Jangan lupa, nada suara juga penting. Tidak perlu berteriak atau membentak.

  • Mengalihkan perhatian ketimbang melarang. Suatu hari, Ahsan sangat asyik main pistol air. Karena asyiknya, sampai semua barang yang ada di tokopun, disemprotnya hingga pada basah. Sontak isteri saya melarangnya, tapi tetap saja Ahsan ketawa-ketawa dengan pistol airnya. Akhirnya saya mencoba mengalihkan perhatiannya, kebetulan siang itu ada jadwal masuk TPA (Taman Pendidikan Alqur'an) di masjid terdekat. "Ahsan, itu lihat jam dinding sudah menunjukkan jam berapa?" Ditanya demikian Ahsan yang memang akhir-akhir ini sedang belajar tentang jarum jam, langsung menghentikan mainannya dan mengamati arah jarum jam tersebut. Kala itulah, saya mengingatkan harus siap-siap pergi ke TPA, dan berhasil.

  • Cari kata spesifik selain “jangan”,  untuk mencegah aktifitas yang membahayakan anak. Misalnya, ketika dia bermain-main dengan tempat sampah, reaksi Anda mungkin mengatakan “Jangan!”.  Cobalah memilih kata lain yang lebih efektif, misalnya, “Hi, jijik! Main kotak sampah bisa membuatmu sakit.”  Katakan dengan ekspresi yang mendukung.

  • Berikan kata positif dengan kata awal yang mengandung konotasi negatif. Misalnya, “Kamu tidak boleh main pisau, tapi kamu boleh main bola.” Atau “Kamu tidak boleh menyeberang jalan sendiri tapi kamu boleh menemani Mama menyeberang jalan.” Gunakan ekspresi meyakinkan untuk menekankan bahwa ia boleh melakukan sesuatu  tetapi dalam cara yang positif. Ini adalah cara kreatif dalam memberi anak pilihan tanpa melarangnya terus-menerus.

  • Beri masukkan kalau sebenarnya apa yang diperintahkan itu memiliki manfaat.  Tentunya dengan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti  anak-anak  Hargai dirinya jangan sampai memberi perintah terlalu banyak, misalnya belum selesai perintah satu sudah muncul perintah berikutnya.  Dan ketika si anak meluluskan perintah kita, jangan segan-segan untuk mengucapkan terimakasih atau memberi pujian, karena dengan pujian dirinya merasa dihargai dan tentunya anak sedang belajar menghargai.  Sampaikan perintah yang kita lontarkan dengan penuh kelembutan, misalnya dengan menggunakan kata “tolong” di awal perintah.

Dan perlu diketahui juga, alasan mengapa si anak membantah ? Siapa tahu, karena anak belum mampu atau tak memiliki kapasitas untuk melakukan  apa yang diperintahkan.   Atau bisa juga anak pernah dibodohi oleh orang tuanya.  Misalnya orang tua menjanjikan  akan membelikan sepeda  baru kalau dalam waktu sebulan  anaknya hapal  juz 30. Tapi setelah hapal  juz 30 ternyata orang tuanya batal memberikan hadiah dengan alasan yang tak jelas. Siap-siaplah kalau akhirnya anak selalu membantah perintah kita.


Kalau dari sekian cara diterapkan, tapi anak masih saja membantah, jangan khawatir karena kita masih bisa berdoa untuk memohon kepada Allah  agar anak-anak kita  terjaga dari hal-hal yang akan merugikan dirinya. Ingatlah bahwa berdoa adalah senjatanya orang mukmin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMIMPI BESAR

        ilustrasi dari google             Seteleh sebelumnya membahas tentang   kepolosan seorang anak  , maka selanjutnya penting kiranya mengetahui kalau anak adalah pemimpi besar.  Perlukah anak memiliki mimpi besar ? hal ini akan menentukan masa depan dia kelak. Anak bagaikan kertas putih, polos, tak memiliki banyak warna dan memorinya masih banyak yang kosong. Kalimat positif, dorongan kebaikan, dan termasuk supaya berani bermimpi besar. Komunikasi yang intensif sambil bercengkerama dan memancing dia agar mempunyai mimpi yang dia idamkan. Eksplor sang buah hati tentang dunia luar yang lebih luas. Tanyalah apa mimpinya, maka dari mulut mungil itu akan keluar kalimat yang mencengangkan.   “Aku mau jadi polisi,aku mau jadi presiden, aku mau jadi dokter, polwan, kiyai, pilot,.....” dan banyak lagi. Jawabannya selalu tidak stabil,hal ini juga sering dialami anak-anak saya.ketika dia saya ajak jalan-jala...

KLASIFIKASI USAHA BERDASARKAN OMZET DAN ASET

Berikut klasifikasi usaha berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008 disebutkan 👉🏻 Kategori Usaha Mikro :   ✒memiliki Aset Maks Rp.50jt   ✒  Omzet per tahun          Maks Rp 300 juta. 👉🏻 Kategori Usaha Kecil:   ✒ memiliki Aset antara          Rp.50jt s.d Rp. 500jt  ✒  Omzet per tahunnya          Rp 300 juta s.d Rp 2.5               milyar  👉🏻 Usaha Menengah : ✒ memiliki Aset antara          Rp.500jt s.d Rp. 10 Milyar  ✒  Omzet per tahunnya          Rp 2.5 M s.d Rp 50 milyar 👉🏻 Usaha Besar : ✒ memiliki Aset       Lebih Dari Rp.10 M  ✒  Omzet per tahunnya          Lebih dari Rp 50 milyar

MARI BELAJAR KEPADA ANAK

                Orangtua dengan label lebih dewasa, ternyata pada prakteknya banyak sekali  melakukan kesalahan terhadap anak.  Rasa malu untuk mengakui  kesalahan, dan  merasa sok segala tahu dibandingkan manusia kecil yang bernama anak.  Hal seperti ini pula yang sering dialami saya, anda dan mungkin banyak orang tua di seluruh dunia. Sepertinya sikap seperti  itu wajar, karena sebagai orang tua sudah makan asam garam lebih banyak dari anak-anak, demikian salah satu peribahasa yang kita kenal.                 Kalau kita teliti secara seksama ternyata banyak sisi positif yang kita ambil dari pribadi belia sang anak.  Sehingga bagi saya, anak merupakan guru kehidupan. Anak bukan saja subjek penanya, tapi anak juga merupakan  orang yang bisa menjawab pertanyaan orang tua. Walaupun tak sepe...