Langsung ke konten utama

RAMADHAN :"Kejarlah Daku Bila Kau Rindu"


Ingatkah anda bagaimana perasaan anda sedang jatuh cinta ? Ketika cinta bergelora, berjuta rasa menghampiri relung hati. Matapun sulit dipejamkan karena hati terpaut selalu yang tercinta. Dari romantisme cinta ini banyak lahir kisah yang mengharu biru yang tak lapuk ditelan zaman. Tengoklah kisah Ken Arok  mengejar Ken Dedes yang memperjuangkan cintanya hingga apapun dilakukan.

Ya.... jatuh cinta senantiasa melibatkan segenap perasaan, mulai dari gembira, bergairah bahkan sedih akan rasa takut kehilangan.  Energi terus memuncak dan terkonsentrasi pada yang dicintai. Hingga lahirlah puisi-puisi yang merindu, melankolis dan penuh harap.

Syahru  Ramadhan sebuah nama  yang selalu disematkan kepadanya sebagai bulan yang selalu dirindukan oleh segenap muslim di dunia. Dirindui baginda Nabi dan selalu dinanti para sahabat, tabiin  serta para wali. Hingga lahir pula doa yang sangat mashur,
"Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan".
Sebagai sang perindu yang mabuk kepayang tentunya akan lahir pengorbanan dan perjuangan. Apapun akan dilakukan dan dipersembahkan buat sang tercinta. Dan yang dirindui juga akan membalas dengan totalitas. Mengabulkan dengan janji-janji Rabbani yang termaktub dalam hadist Nabi, “Barang siapa yang bergembira akan datangnya bulan Ramadhan, diharamkan Allah jasadnya menyentuh api neraka”. (An-Nasa’i)

Ramadhan kariim selalu membalas cinta tulus bagi yang merindukannya, tinggal pembuktian sang perindu bukan hanya sebatas kata-kata. Lakukan dengan amal perbuatan, evaluasi diri setiap saat, beribadah lebih dari biasanya. Tambahlah halaman juz dalam keseharian tilawahmu. Jangan sampai Ramadhan berlalu tanpa kesan. Bila perlu di list, amalan apa yang akan ditonjolkan untuk Ramadhan tahun ini.  Tempalah terus pribadi ini dengan berbagai kebaikan karena kita tidak akan tahu sampai kapan nyawa ini bersemayam dalam raga ini.

Komentar

  1. Allahumma ya Allah. Sampaikan Ramadhan kepada kami, dan selamatkan kami kepadanya. Rezekikan kami kekuatan dan istiqomah untuk mengisi amal ibadah di dalamnya...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KLASIFIKASI USAHA BERDASARKAN OMZET DAN ASET

Berikut klasifikasi usaha berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008 disebutkan 👉🏻 Kategori Usaha Mikro :   ✒memiliki Aset Maks Rp.50jt   ✒  Omzet per tahun          Maks Rp 300 juta. 👉🏻 Kategori Usaha Kecil:   ✒ memiliki Aset antara          Rp.50jt s.d Rp. 500jt  ✒  Omzet per tahunnya          Rp 300 juta s.d Rp 2.5               milyar  👉🏻 Usaha Menengah : ✒ memiliki Aset antara          Rp.500jt s.d Rp. 10 Milyar  ✒  Omzet per tahunnya          Rp 2.5 M s.d Rp 50 milyar 👉🏻 Usaha Besar : ✒ memiliki Aset       Lebih Dari Rp.10 M  ✒  Omzet per tahunnya          Lebih dari Rp 50 milyar

MARI BELAJAR KEPADA ANAK

                Orangtua dengan label lebih dewasa, ternyata pada prakteknya banyak sekali  melakukan kesalahan terhadap anak.  Rasa malu untuk mengakui  kesalahan, dan  merasa sok segala tahu dibandingkan manusia kecil yang bernama anak.  Hal seperti ini pula yang sering dialami saya, anda dan mungkin banyak orang tua di seluruh dunia. Sepertinya sikap seperti  itu wajar, karena sebagai orang tua sudah makan asam garam lebih banyak dari anak-anak, demikian salah satu peribahasa yang kita kenal.                 Kalau kita teliti secara seksama ternyata banyak sisi positif yang kita ambil dari pribadi belia sang anak.  Sehingga bagi saya, anak merupakan guru kehidupan. Anak bukan saja subjek penanya, tapi anak juga merupakan  orang yang bisa menjawab pertanyaan orang tua. Walaupun tak sepe...

PUNYA ANAK KOQ TAKUT

 Banyak cara dalam membina hubungan dengan customer. Salah satunya dengan cara ngobrol, sekedar tanya kabar atau cerita tentang keluarga. Seperti yang saya lakukan beberapa hari lalu, bertanya pada seorang pelanggan tentang anak yang selalu dibawa ke toko kami setiap dia belanja. "Pak, anaknya baru satu ya?" Demikian saya membuka pertanyaan. Dan dia langsung nyahut, "iya, satu aja sudah puyeung. Apalagi nambah lagi".  "Hemmm... puyeung kenapa pak ? Bukannya nambah anak nambah rezeki?" Timpal saya dipenuhi rasa penasaran. "Wah.... jajannya yang ga tahan, rewelnya juga minta ampun. Belum lagi buat biaya sekolahnya."  Demikian jawaban sang bapak, sementara anaknya sepertinya tak peduli dengan apa yang dilontarkan sang ayah. Anak tersebut kelihatannya manja benar di pangkuan bapaknya. Saya berpendapat demikian, karena merasa tak cocok saja dengan anak usia 6 atau 7 tahunan tapi masih gelendotan  di pangkuan bapaknya. Ini berdasar kacamata s...